Supersemar Lemahkan Soekarno, Wibawa Pemimpin Besar Revolusi Meredup

By , Jumat, 11 Maret 2016 | 15:00 WIB

Setelah itu, demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran terjadi kembali pada tanggal 11 Maret 1966  di depan Istana Negara.

Demonstrasi ini mendapat dukungan dari tentara. Mahasiswa mengepung Istana Kepresidenan dan menuntut Tritura yang salah satunya meminta pembubaran PKI.

Tidak hanya mahasiswa yang mengepung Istana, sejumlah tentara tidak dikenal juga disebut mengelilingi Istana Kepresidenan.

"Diakui oleh Kemal Idris bahwa itu pasukan Kostrad yang dia pimpin, bergabung dengan mahasiswa. Jadi demonya bukan demo yang murni lagi," kata Asvi Warman Adam ketika diwawancarai Kompas.com di Jakarta, Minggu (6/3/2016).

Menurut Asvi, tentara ikut mendukung mahasiswa menuntut pembubaran PKI karena beranggapan bahwa PKI itu berada di balik G30S.

Meskipun, ada sinyalir dukungan tersebut diberikan dalam rangka pengalihan atau perebutan kekuasaan.

PKI dibubarkan pun dinilai bukan karena ideologi, melainkan karena PKI merupakan sebuah partai besar dengan jutaan anggota yang mendukung Soekarno.

Pengepungan Istana oleh tentara tidak dikenal itu merupakan sesuatu yang menakutkan bagi Soekarno. Akhirnya dia memutuskan pergi ke Istana Bogor bersama Soebandrio dan Chaerul Saleh dengan menggunakan helikopter ke Bogor.

"Kondisi pada saat itu sudah sangat meruncing dan panas. Jika kondisinya masih normal Bung Karno akan tetap di Istana Negara," ucap Asvi.

!break!

Soekarno Mulai Lelah dan Putus Asa

Dalam bukunya yang berjudul Bung Karno Dibunuh Tiga Kali?, Asvi Warman Adam menulis pidato-pidato Soekarno selama periode 1965-1967 yang menggambarkan betapa sengitnya pergulatan dalam masa peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto.