Saat Frederick Douglass tiba di New York sebagai budak buronan yang ketakutan dan tidak punya uang dari Baltimore, Rugglesl menjadi orang yang berjasa dengan memberinya uang dan tempat tinggal.
Isu rasisme yang merugikan, membuat Ruggles bersikeras untuk memeranginya. Pada usia 25 tahun, Ruggles menerbitkan pamflet pertamanya dari lima pamflet yang ia buat, dan kemudian memulai menulis majalah berjudul The Mirror of Liberty.
Kemudian, pada tahun 1835, Ruggles menerbitkan serangkaian artikel yang menarik perhatian publik melalui tulisannya, menjadi lebih aktif dan agresif dalam memerangi perbudakan.
Sepanjang paruh pertama tahun 1837, tulisan tajam Ruggles mengungkap tentang adanya krisis penangkap budak, yang melibatkan penculikan anak-anak kulit hitam non-budak dan menjual mereka sebagai budak.
"Ruggles banyak melaporkan kasus penculikan anak, mengungkap kejahatan rasisme yang menindas kulit hitam, membuatnya bersinar sebagai reporter investigasi yang penting dalam kasus penculikan," terangnya.
Baca Juga: Perdagangan Budak Belanda di Transatlantik, Dari Afrika hingga Amerika
Tulisannya lantas menggugah segenap orang-orang kulit hitam untuk berani menentang dan melawan rasisme, utamanya yang dilakukan oleh supremasi kulit putih. Nahas, ia mengalami pembesaran hati, penyakit yang membuatnya meninggal dunia pada 16 Desember 1849.
"Tak seperti tokoh-tokoh heroik yang kehidupan dan pencapaiannya didokumentasikan dengan baik, kehidupan dan pekerjaan Ruggles tetap terkubur dalam lembaran koran dan pamflet berusia berabad-abad," pungkas Anderson.