Nationalgeographic.co.id – Sebuah penelitian baru mengungkapkan psikedelik dapat menghasilkan perubahan kepribadian yang positif. Sebuah makalah baru yang diterbitkan di Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa menggunakan psikedelik seperti Psilocybin, Lysergic Acid Diethylamidw (LDS) atau dikenal Magic Mushroom dapat mendorong perubahan kepribadian yang positif dan jangka panjang.
Misalnya, menjadi kurang suka bertengkar atau kritis dengan orang lain dan menjadi kurang kesal dan cemas. Meski demikian, jenis obat psikedelik juga ada kekurangannya.
"Psikedelik memang membawa risiko termasuk potensi gangguan halusinogen, suatu kondisi yang ditandai dengan efek halusinogen yang terus-menerus termasuk persepsi cahaya dan suara," kata Brandon Weiss, psikolog di Imperial College London sekaligus pemimpin studi.
“Psikedelik juga dianggap menempatkan individu pada risiko tinggi untuk psikosis. Untuk alasan ini, penelitian saat ini berhati-hati untuk tidak memasukkan orang-orang dengan riwayat keluarga skizofrenia atau gangguan bipolar,” sambungnya.
Baca Juga: Studi: Polusi Udara Berpotensi Picu Depresi dan Gangguan Bipolar
Untuk lebih memahami risiko dan manfaat dari pengalaman psikedelik, para peneliti mengundang 148 orang dewasa dalam populasi umum yang berencana untuk memiliki pengalaman psikedelik dan menjawab pertanyaan tentang kepribadian serta hubungan sosial mereka pada tiga titik waktu: (1) sebelum pengalaman psikedelik mereka, (2) dua minggu setelah pengalaman mereka, dan (3) empat minggu setelah pengalaman mereka.
Para peneliti mengukur ciri-ciri kepribadian berdasarkan model big five (neurotisisme, extraversion, openness, agreeableness, dan conscientiousness) serta mengukur dua jenis keterhubungan sosial: rasa memiliki dalam komunitas seseorang dan kekuatan hubungan sosial seseorang secara umum.
Setelah dilakukan penelitian, para ahli menemukan bahwa dua sifat menunjukkan perubahan signifikan setelah orang terlibat dalam pengalaman psikedelik.
“Pertama, orang-orang melaporkan bahwa mereka tidak suka bertengkar atau kritis dalam interaksi dengan orang lain,” komentar Weiss. "Kedua, orang-orang melaporkan bahwa mereka tidak mudah marah dan tidak terlalu cemas."
Para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang yang menunjukkan pengurangan kecemasan terbesar setelah pengalaman psikedelik adalah mereka yang awalnya memiliki kecemasan tingkat tinggi.
Baca Juga: Berpelukan, 'Magic Touch' Pereda Stres yang Tabu di Indonesia
Penggunaaan psikedelik dalam hal ini mungkin bermanfaat untuk individu dengan neurotisisme (kecenderungan jangka panjang untuk berada dalam keadaan emosional yang negatif atau cemas) yang lebih tinggi, setidaknya dalam hal mengelola kecemasan.