Munculnya Kreativitas Masyarakat Bandung dalam Pariwisata Kolonial

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 6 Januari 2022 | 15:00 WIB
Jalan Braga di Kota Bandung sekitar 1930-an. Kawasan ini disebut sebagai jalan yang sangat Eropa di tanah Hindia yang menarik wisatawan Eropa pada masanya. (Tropenmuseum)

Potensi pariwisata Bandung kemudian dilirik oleh pemerintah, khususnya Asisten Residen Pieter F. Sijthoff, terutama ketika kota itu hendak menjadi tuan rumah Kongres Pengusaha Perkebunan Gula pada 1899.

Sampul majalah wisata Mooi Bandoeng edisi 5 Maret 1935. Majalah ini menampilkan citra permai Bandung untuk menarik pariwisata datang. (via Achmad Sunjayadi)

Ia mengandalkan kegiatan sosial untuk merintis turisme dengan mendirikan lembaga Vereeniging Tot Nut van Bandoeng en Omstreken (Perhimpunan Kesejahteraan Bandung dan Sekitarnya) pada 1898. Perhimpunan itu langsung menerbitkan buku panduan berwisata di Bandung yang dicetak oleh de Vries dan Fabricius, pengusaha percetakan di Bandung.

Aktivitas perhimpunan ini dibubarkan pada 1915, dan pengembangan pariwisata berpindah tangan kepada Vereeniging Bandoeng Vooruit (Perhimpunan Bandung Maju) yang muncul pada 1925. Mereka memiliki berbagai kegiatan, termasuk membangun akses jalan mobil ke kawah Tangkuban Perahu yang didukung Dewan Kotapraja Bandung. 

"Bandung Vooruit juga berinisiatif mempromosikan film mengenai Bandung yang diproduksi oleh Willy Mullens pada 1927," tulis Sunjayadi.

    

Baca Juga: Rekam Jejak Pertunjukan Musik Klasik di Hindia Belanda pada Abad Ke-19

Baca Juga: Kiprah Tionghoa dalam Perkembangan Institut Teknologi Bandung

Baca Juga: Mendefinisikan Kembali Perjalanan ke Bandung Selatan di Waktu Malam

Baca Juga: Beringin dan Alun-Alun bagi Aktivitas Masyarakat Jawa Tahun 1910

   

"Pada 1933, perhimpunan ini menggaggas pendirian Bandoengsch Zoologisch Park (Taman Zoologi Bandung) di dekat kawasan Techinische Hoogeschool, bagian dari Jubileumpark di bagian timur lembah Cikapundung. Lokasi itu memang disarankan oleh pemerintah."

Ada pula kegiatan olahraga nasional yang diselenggarakan oleh Bandoeng Vooruit, yakni Bandoeng Sterrit 1941, acara reli mobil dan sepeda motor. Tempat startnya ditentukan dari beberapa kota pilihan, dan finis di Bandung, yang di dalamnya jalurnya banyak pemandangan yang memanjakan mata.

Ada pun mereka menerbitkan majalah bulanan Mooi Bandoeng yang telah memiliki 5.000 eksemplar selama 1933. Muatannya adalah foto-foto sekitar Bandung yang didistribusikan ke seluruh Jawa dan Sumatra.

Perhimpunan itu berhenti sejenak ketika Jepang menginvasi, dan dilanjutkan setelah kemerdekaan dengan nama Bandoeng Permai. Usaha mereka mengembangkan pariwisata Bandung terus ada, dan menular kepada masyarakat Bandung dengan kreasinya sendiri.