Kepalan Tangan Menghindarkan Kita dari Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung

By , Jumat, 6 Oktober 2017 | 17:00 WIB

Cobalah sesekali ketika mengunjungi jamuan makan prasmanan, perhatikan berapa kali pramusaji harus mengisi ulang makanan.

Pasti yang paling sering harus diisi kembali adalah nasi.

Setiap tamu yang datang rata-tata mengisi piringnya dengan menu sesuai selera.

Namun, ada satu kesamaan menu di setiap piring para tamu, yaitu nasi.

Dan dari pengamatan sekilas terhadap komposisi makanan di piring setiap tamu, kita bisa menemukan bahwa porsi nasi pasti lebih banyak ketimbang lauk dan sayur.

Sebetulnya tidak hanya di pesta, kebanyakan orang Indonesia memang terbiasa mengonsumsi nasi dengan porsi yang lebih banyak ketimbang lauk dan sayur.

Anehnya, ada orang yang tetap mewajibkan nasi sekalipun ia sudah mengonsumsi makanan kaya karbohidrat lain seperti roti, kue, mi, dll. dalam porsi yang tidak sedikit.

Seolah makanan-makanan itu sama sekali tidak mengandung karbohidrat.

Baca juga: Rajin Olahraga Saja Tak Cukup untuk Atasi Kegemukan

Dalam pemikirannya makanan selain nasi dianggap camilan semata.

Kesalahpahaman soal karbohidrat ini yang perlu untuk diluruskan.

Soalnya, terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat berakibat buruk pada tubuh.

Dampak paling kelihatan adalah kegemukan.