Mengancam! Cemaran Mikroplastik di Perairan Danau Rawa Pening

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 5 Februari 2022 | 07:00 WIB
Perairan Rawa Pening memiliki peran ekologis, budidaya, dan sosial ekonomi. Tidak sedikit masyarakat yang bergantung pada keberadaan Danau Rawa Pening
Perairan Rawa Pening memiliki peran ekologis, budidaya, dan sosial ekonomi. Tidak sedikit masyarakat yang bergantung pada keberadaan Danau Rawa Pening (Tri Wahyu Prasetyo)

Nationalgeographic.co.id -Rawa Pening memiliki sumber  9 sungai, di mana sungai-sungai tersebut berkontribusi menyumbangkan sumber mikroplastik,” kata Dhanang selaku penulis penelitian mikroplastik di Danau Rawa Pening. Setelah berjuang melawan gulma eceng gondok tahun lalu, saat ini kondisi perairan di danau tersebut terancam oleh cemaran mikroplastik. 

Diketahui jumlah masyarakat yang bergantung pada Danau Rawa Pening lebih dari 3.000 jiwa, data tersebut didapatkan saat National Geographic Indonesia melakukan survei terhadap sembilan desa bantaran Rawa Pening. Sebagian besar mereka berprofesi sebagai petani dan nelayan. Keberadaaan mikroplastik di perairan tersebut tentu kabar buruk bagi mereka.

Pada bulan November-Desember 2021, Dhanang Puspita, Pulung Nugroho, dan Ahlil Dwi Nasuka, melakukan penelitian di beberapa titik Danau Rawa Pening. Mereka adalah civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana. Temuan dalam penelitian berjudul Identifikasi Cemaran Mikroplastik pada Ikan Konsumsi yang di Budidayakan di Perairan Rawa Pening adalah adanya kandungan mikroplastik yang mencemari perairan tersebut. Cemaran tersebut terkategori dalam bentuk fragmen, fiber, dan film. Ukurannya sangatlah kecil, sehingga sulit bila dilihat mata telanjang.

Mikroplastik pada ikan dan air rawa pening
Mikroplastik pada ikan dan air rawa pening (Dhanang Puspita, Pulung Nugroho, & Ahlil Dwi Nasuka)

Hasil analisis menunjukkan, terdapat kandungan mikroplastik pada sampel ikan  nila, mujair, dan air Rawa Pening. Padahal ikan-ikan tersebut memiliki peran peran penting bagi lingkungan dan aktivitas ekonomi masyarakat,

Sumber mikroplastik ini berasal dari sisa benang dan tali plastik yang terdegradasi, produk plastik dengan polimer sintesis yang kuat, serta potongan plastik sangat tipis dari kantong-kantong plastik yang terdegradasi.

Baca Juga: Hasil Studi: Mikroplastik Sebabkan Kerusakan Sel Tubuh Manusia

Secara umum, mikroplastik adalah material polimer padat dengan ukuran panjang kurang dari 5 milimeter, definisi ini juga berlaku untuk nano plastik yang ukurannya kurang dari 100 nanometer. Plastik berukuran kecil ini dapat dengan mudah menyebar dan memiliki dampak buruk bagi lingkungan serta manusia.

Keberadaan mikroplastik ini dapat mengganggu kehidupan ikan-ikan liar maupun budi daya di Rawa Pening, bahkan juga mengancam kesehatan manusia yang mengonsumsinya.

“Adanya kandungan mikroplastik di perairan, maka akan masuk dalam rantai makanan, jika terkonsumsi oleh fauna air,” kata Dhanang.

Mikroplastik dapat menyebabkan stres pada ikan akibat perubahan lingkungan. Penelitian terdahulu yang dilakukan Darniwa dan rekannya, menyebutkan kondisi stres pada ikan dapat menyebabkan perubahan tingkah laku dan menjadi lemah.

Fitoplankton santapan bagi ikan-ikan kecil dapat menyerap mikroplastik berukuran 20 mikrometer, sedangkan zooplankton 1,7 hingga 30,6 mikrometer. Berangkat dari hukum rantai makanan, tidak menutup kemungkinan jika mikroplastik ini dapat menghinggapi tubuh manusia.

Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan toksisitas saluran pencernaan dan paru. Efek jangka panjang yang muncul adalah gangguan pada saraf, ginjal, pencernaan & ekskresi, respirasi, serta keracunan.

Merujuk studi Campanele, peneliti mengatakan, “hanya mikroplastik yang berukuran kurang dari 20 mikrometer yang dapat menembus organ, sedangkan yang kurang dari 10 mikrometer dapat menembus semua organ, melintasi sel, melewati saluran pembuluh darah dan otak, dan memasuki plasenta.”

Baca Juga: Mikroplastik Kita Mulai Mencemari Kawasan Terpencil Antarktika 

Meskipun belum ada data lengkap mengenai efek mikroplastik terhadap manusia, tetapi hal ini tetaplah menjadi ancaman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Celakanya, cemaran ini sulit untuk dideteksi bila sudah masuk kedalam jaringan atau organ.

Penelitian lanjutan dilakukan kembali oleh Dhanang Puspita, Pulung Nugroho, dan Rio Asysam Faisal. Mereka menemukan beberapa organisme lain yang telah tercemar, seperti kerang air tawar, ikan betik, dan ikan louhan.

Peneliti mengungkap, mikroplastik yang sementara bersarang pada saluran pencernaan biota air akan memudahkan dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Masyarakat akan membuang saluran pencernaan tersebut, dengan demikian akan menghindari translokasi mikroplastik ke tubuh manusia yang mengonsumsinya. Namun peneliti mengatakan, mikroplastik berukuran nano masih memungkinkan untuk masuk di jaringan hati dan pembuluh darah, “inilah yang kemungkinan akan masuk dalam tubuh manusia,” kata Dhanang.

Para peneliti menegaskan, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagian tubuh mana saja yang aman untuk dikonsumsi. Sebab penelitian ini sementara masih menganalisis saluran pencernaan biota air yang tercemar.

Keadaan perairan Rawa Pening yang telah tercemar mikroplastik sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus, sebab hal ini dapat mengancam ekosistem dan keamanan pangan manusia. Peneliti mengatakan, salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan menerapkan biosand filter.

“Dengan teknik tersebut dapat menurunkan kandungan total padatan terlarut (Total suspended solid), menurunkan  tingkat  kekeruhan, mampu meningkatkan kandungan DO perairan dan  secara kimiawi dapat meningkatkan baku mutu dan kualitas air,” ujar Dhanang.

 Baca Juga: Mengapa Kotoran Bayi Banyak Mengandung Mikroplastik daripada Kita?