Nationalgeographic.co.id – Pulau Weh dapat dikatakan memiliki letak geografis yang istimewa. Pulau yang berada di Provinsi Aceh ini diakui sebagai pulau yang lokasinya di paling ujung barat Nusantara.
Kota Sabang, yang merupakan jantung dari pulau ini, ditetapkan sebagai titik nol wilayah Indonesia. Hal itu ditandai dengan keberadaan Tugu Kilometer Nol Indonesia, yang berlokasi di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya.
Perairan Pulau Weh juga menjadi tempat bertemunya Samudera Hindia dan Selat Malaka. Tidak heran apabila pulau ini memiliki biota laut yang unik dan beragam, termasuk spesies ikan dan terumbu karang.
Pelancong yang datang ke Pulau Weh pun biasanya “mengincar” kegiatan snorkeling dan diving untuk menikmati keindahan taman bawah laut.
Baca Juga: Mengintip Perjalanan Menangkap Api Abadi di Kayangan Api Bojonegoro
Namun, tidak sedikit juga pelancong yang datang ke Pulau Weh untuk mengabadikan spot-spot cantik dengan latar alam yang eksotis. Salah satunya Azwar Ipank, fotografer profesional sekaligus kontributor National Geographic Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Azwar menjelajahi Pulau Weh untuk berburu pemandangan matahari tenggelam (sunset). Akan tetapi, alih-alih hanya menampilkan pemandangan laut sebagai latar sunset, ia ingin menangkap obyek unik lain sebagai “pemanis” foto.
“Selama ini, saya cari spot foto umum saja, sih. Foto-foto yang pernah saya ambil di beberapa destinasi di Sabang juga umum dan monoton sekali. Jadi, untuk kali ini, saya ingin ambil foto yang berbeda,” kata Azwar dalam wawancara daring, Senin (7/2/2022).
Untuk mewujudkan konsep foto yang unik tersebut, Azwar melakukan beberapa survei yang melibatkan penduduk setempat. Ia pun mendapat rekomendasi untuk mengambil foto di Gua Sarang.
Baca Juga: Menangkap Pesona Danau Semayang di Kala Langit Temaram
Berlokasi di sebelah barat kawasan Pantai Iboih, Gua Sarang berdiri kokoh di antara kaki tebing dan perbukitan hutan lindung. Gua ini juga menghadap langsung ke laut lepas sehingga cocok untuk dijadikan spot berfoto.
“Di Gua Sarang, saya mencoba untuk membuat framing (yang menampilkan) gua dan spotlight sunset. Sayangnya, spotlight-nya terhalang batu besar. Akhirnya, karena masih sekitar jam 4 sore, saya cari spot lain,” tutur Azwar.
Azwar pun mendapatkan rekomendasi dari seorang teman untuk mengambil foto sunset di Pantai Balik Gunung. Disebut demikian karena letak pantai yang “bersembunyi” di balik gunung Desa Iboih.
Menurut sang teman, Pantai Balik Gunung terkenal akan pemandangan sunset yang indah. Pantai ini juga memiliki pasir putih yang berkilau dan batu-batu yang banyak tersebar di sepanjang bibir pantai. Oleh sebab itu, pantai ini juga kerap dijuluki Pantai Pasir Putih dan Pantai Batu Kapal.
Baca Juga: Aceh dan Pemkab Blora Berencana Mengembangkan Makam Pocut Meurah Intan
“Beruntung, saat saya ke sana, pasir putihnya banyak ditemukan di pantai. Tidak seperti kunjungan saya waktu bulan Desember, tidak ada pasir sama sekali,” kata Azwar.
Sunset di Sabang, kata Azwar, juga bisa dikatakan cukup unik. Tidak seperti kebanyakan wilayah lain di Indonesia, sunset di Sabang baru bisa dinikmati sekitar jam 7 malam.
Sebelum matahari terbenam, Azwar pun melakukan beberapa persiapan, seperti mencari tempat dan angle yang pas, serta menggunakan tripod.
Namun, berbeda dari ekspedisi yang telah ia lakukan sebelumnya, kali ini ia menggunakan kamera smartphone realme 9 Pro+. Ia pun memasangkan smartphone tersebut pada tripod agar pengambilan gambar lebih stabil.
Baca Juga: Sepiring Mi Aceh: Teladan Cerita Kota Rempah dalam Kesejatian Rasa
“Sebenarnya agak sedikit menantang untuk memotret menggunakan smartphone. Akan tetapi, saya tetap coba ambil beberapa foto dengan beberapa fiturnya, seperti pakai lensa wide, mode Auto, dan mode Pro,” ungkapnya.
Karena pengambilan gambar dilakukan dalam kondisi minim cahaya (low light), Azwar menaikkan pengaturan white balance pada mode Auto. Ia juga mengaktifkan fitur high dynamic range (HDR) untuk meningkatkan ketajaman obyek.
“Jujur sempat nyali ciut saya karena tiba-tiba muncul awan hitam. Saya takut hasil fotonya tidak sesuai dengan apa yang saya konsepkan di kepala, yakni penampakan sunset dengan batu besar yang menyerupai kapal,” kata Azwar.
Namun, setelah beberapa saat menunggu, beruntung awan mulai cerah. Azwar pun berhasil menangkap cahaya sunset berwarna jingga dan merah muda, dilengkapi dengan siluet bebatuan di tengah ombak yang tenang.
Baca Juga: Pesona Lada Aceh, dari Ottoman hingga Eropa Barat
Terkait hasil foto, Azwar mengaku cukup terkesan dengan performa kamera yang diberikan realme 9 Pro+. Pasalnya, kamera mampu menyesuaikan cahaya sunset agar hasil gambar tidak terlalu kuning atau oranye.
Untuk mengatur fokus cahaya, Azwar menggunakan mode Pro dengan exposure value minus dua. Dengan begitu, cahaya sunset tidak terlalu terang ketika ditangkap oleh kamera.
“Menurut saya, realme 9 Pro+ ini sangat mumpuni untuk seorang professional photographer, tidak harus menggunakan dengan kamera DSLR. Smartphone ini juga recommended untuk fotografer pemula yang ingin coba foto-foto pakai handphone,” ujarnya.
Selain kawasan Pantai Iboih, Azwar juga memberikan rekomendasi spot-spot cantik untuk berburu sunset di Pulau Weh, seperti Gunung Jaboi, Air Terjun Pria Laot, dan Cot Siribe atau biasa disebut Bukit Seribu.
Baca Juga: Indahnya Toleransi di Kampung Keberagaman Peunayong, Banda Aceh
Selain itu, terdapat juga Benteng Belanda atau Benteng Anoi Itam. Sambil menunggu sunset tiba, pelancong dapat menyusuri bangunan benteng yang tua dan mengabadikan banyak foto di sana.
Sebagai informasi, ekspedisi Azwar ke Pulau Weh merupakan bagian dari program Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia yang digelar oleh realme Indonesia dan National Geographic Indonesia.
Melalui program tersebut, delapan fotografer, termasuk Azwar, ditantang untuk mengabadikan keindahan alam Indonesia dalam low light photography menggunakan smartphone realme 9 Pro+.
Untuk melihat lebih lengkap hasil karya low-light smartphone photography dari Azwar dan delapan fotografer profesional lainnya, Anda dapat kunjungi laman https://bit.ly/realme9lights.