Pada 1784, seorang ahli bedah Inggris John Hunter mencoba kompresi saraf dengan menerapkan tourniquet ke tubuh pasien dan menyebabkan mati rasa. Anehnya, itu berhasil. Hunter mampu mengamputasi anggota tubuh, dan tampaknya, pasien tidak merasakan sakit, menurut Royal College of Anaesthetists.
Teknik manajemen nyeri lainnya adalah 'mesmerisme' atau hipnotisme. Keyakinan pseudoscientific menggabungkan elemen hipnosis dengan teori bahwa ada cairan seperti medan gaya yang dapat dimanipulasi dengan magnet. Penemunya, Franz Anton Mesmer, percaya bahwa dengan mengontrol cairan lunak ini, ia dapat menempatkan pasien dalam keadaan mati suri. Dalam keadaan ini, mereka tidak akan menyadari rasa sakit operasi.
Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli
Baca Juga: Ekstrak Ganja pada Zaman Kuno Mampu Sembuhkan Penyakit Sihir
Baca Juga: Mungkinkah Serangga Bisa Menjadi Alternatif Pengobatan di Masa Depan?
Praktik pseudoscientific ini menarik banyak ahli medis untuk menerapkannya. Pada pertengahan 1800-an, mesmerisme telah menyebar ke bagian lain Eropa dan India. Dalam beberapa kasus, pasien dilaporkan bebas rasa sakit, menurut sebuah laporan di Hektoen International Journal.
Mesmerisme menjadi begitu populer, pada kenyataannya, beberapa "rumah sakit mesmerik" didirikan di London dan tempat lain. Tetapi ahli bedah mulai mempertanyakan metode ini dan menuduh para pendukung menyesatkan publik. Persaingan terjadi dan mesmerisme mulai dijatuhkan.
Hal ini dilakukan untuk menyiapkan ‘jalan’ bagi metode penghilang rasa sakit yang baru. Serangkaian gas yang dapat dihirup siap untuk meluncurkan era baru anestesi modern pada tahun 1800-an
Dari pseudosains hingga anestesi modern
Menjelang pertengahan 1800-an, para ilmuwan dan ahli bedah semakin tertarik pada penggunaan eter. Eter dibuat dengan menyuling etanol dengan asam sulfat. Faktanya, catatan produksi eter telah ada sejak abad ke-13. Bahkan pada abad ke-16, dokter yang bereksperimen menemukan bahwa zat itu dapat membius ayam.
Pada tahun 1846, seorang ahli bedah gigi Amerika William Morton melakukan operasi umum di mana ia menggunakan eter. Kemudian tanpa rasa sakit mengangkat tumor dari leher pasien. Ini bukti klinis pertama bahwa penggunaan eter secara hati-hati dapat menyebabkan pasien tidak sadar dan mengurangi rasa sakit.
Pada tahun 1848, ahli bedah membuktikan bahwa kloroform dapat meredakan rasa sakit saat melahirkan dan operasi lainnya. Eter dan kloroform memberi ahli bedah lebih banyak kontrol atas kondisi pasien mereka. Dengan mengelola rasa sakit pasien dan membuatnya tidur, ini memberi ahli bedah lebih banyak waktu untuk mengoperasi. Mereka juga dapat melakukannya dengan lebih cermat. Seiring waktu, ini memungkinkan operasi yang lebih canggih.
Saat ini, tak satu pun dari kedua gas tersebut digunakan lagi untuk pembedahan. Namun keduanya meletakkan dasar bagi pengembangan obat yang lebih aman dan lebih efektif.