Nationalgeographic.co.id - Agama dan tanaman psikoaktif telah dikaitkan dengan pengobatan dan penyembuhan selama ribuan tahun. Nenek moyang kita, sebagian besar tidak mengetahui bagaimana rasa sakit atau penyakit dihasilkan dalam tubuh manusia.
Jadi, ketika seseorang merasakan sakit khususnya tanpa adanya bukti cedera, penyembuh spiritual mengembangkan mitos-mitos fantastis untuk menjelaskan penyebab rasa sakit atau penyakit itu.
Penyebab penyakit mental juga dianggap misterius dan berasal dari sihir jahat. Mereka yang mencoba penyembuhan sering berjanji untuk campur tangan dengan para dewa. Agama saat ini masih bersinggungan dengan obat-obatan, seperti menawarkan penghiburan spiritual kepada orang sakit dan sekarat. Kita tidak lagi berharap seorang pendeta bisa menyembuhkan depresi atau psikosis dengan menghirup asap dupa.
Pada zaman kuno, sebagian besar perawatan berasal dari sumber alami. Air panas atau minyak rebusan dibuat dari kulit pohon dedalu atau semak mur atau dengan menghirup asap pembakaran biji rami.
Baca Juga: Peneliti Mengungkap Sejarah Domestikasi Ganja Melalui Sekuens Genom
Perawatan ini mengurangi peradangan dan rasa sakit dan kadang-kadang menghasilkan perasaan gembira. Dengan trial and error, segera diketahui bahwa sumber alami ini lebih efektif jika dilarutkan dalam lemak atau minyak dan kemudian dioleskan pada kulit.
Misalnya, "salep terbang" asli yang digunakan oleh penyihir abad pertengahan mungkin adalah resep herbal yang mengandung ekstrak dari tanaman Datura dan Mandragora, serta daun poplar dan jelaga perapian, yang semuanya disatukan dengan minyak cengkeh. Dalam ritual yang dilakukan, para penyihir akan mengoleskan salep di dahi, pergelangan tangan, tangan, atau kaki mereka.
Menurut Abramelin sang Penyihir (1362-1460), seorang Yahudi dari Wurzburg, Jerman, yang menulis serangkaian buku tentang sihir dan ilmu gaib, para wanita juga akan "mengurapi sapu dan mengendarainya ... atau mengurapi diri mereka sendiri di bawah lengan dan di tempat berbulu lainnya."
Sensasi yang dihasilkan oleh ekstrak tumbuhan ini akan mencakup halusinasi visual dan perasaan melayang, pusing, seperti terbang di langit sambil mengangkangi sapu mereka.
Tindakan pengurapan untuk tujuan keagamaan sangat kuno. Lima ribu tahun yang lalu, minyak urapan digunakan dalam agama Akkadia yang menyembah Bel, dewa ketertiban dan takdir.
Dewa Matahari Istanu (1600 SM) mengurapi raja Het untuk meninggikan dia. Alkitab Ibrani membahas pengurapan sebagai ritus peralihan di antara orang Het. Dalam Perjanjian Lama, imam Zadok digambarkan sebagai mengurapi Salomo.
Source | : | psycology today |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR