Nationalgeographic.co.id—Ada ribuan obat yang tersedia di pasaran saat ini. Obat ini merupakan hasil kecerdikan manusia untuk meneliti dan mengembangkan alat untuk memerangi penyakit. Namun, ini bukan proses yang mudah, membutuhkan miliaran dolar dan waktu puluhan tahun.
Selain itu, resistensi antibiotik mengurangi efektivitas obat ini dengan cara yang mengkhawatirkan. Diperlukan solusi baru, seperti halnya jalan baru untuk menyelidiki terapi. Percaya atau tidak, serangga adalah salah satu opsi tersebut.
Kenapa Harus Serangga?
Semuanya diambil dari gaya hidup mereka. Diperkirakan populasi serangga dunia adalah 10 triliun. Serangga adalah salah satu makhluk terestrial yang paling beragam di planet ini, tinggal di semua jenis lingkungan, dari dapur rumah tangga sederhana hingga bagian saluran pembuangan bawah tanah yang paling kotor dan paling gelap. Contohnya kumbang kotoran, makhluk menarik ini suka berjalan-jalan dan memakan kotoran yang mereka gulung menjadi bola!
Setiap serangga telah beradaptasi hampir sempurna untuk bertahan hidup di dunia ini. Mereka lebih menyukai habitat dan terbiasa menjalani hari-hari mereka menghadapi tantangan berat yang datang karena mereka begitu kecil.
Salah satu tantangan yang mereka hadapi adalah serangan kuman yang terus menerus. Kita mengasosiasikan kuman sebagai hal menjijikkan yang ada di lingkungan yang sangat kotor, itu benar. Dan kita juga tahu banyak serangga yang suka menyebut lingkungan kotor sebagai rumah.
Serangga telah mengembangkan sistem pertahanan yang efisien untuk melawan kuman yang menyerang ini: peptida antimikroba—molekul protein yang beracun bagi kuman.
Setiap lingkungan memiliki mikroba penyebab penyakit. Namun, serangga ini sangat tangguh. Mereka membuat pil racun mereka sendiri untuk membunuh kuman-kuman ini. Dengan jutaan serangga di seluruh dunia, jumlah molekul pertahanan yang dapat kita panen ini sangat banyak.
Menggunakan serangga atau produknya sebagai terapi bukanlah konsep baru. Sebenarnya, itu adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak zaman kuno.
Salah satu contoh terbaik adalah penggunaan belatung—larva lalat yang licin dan bertubuh lunak. Penggunaannya telah dilaporkan sejak Abad Pertengahan untuk mengobati luka sebagai agen antiseptik.
Belatung akan ditempatkan pada luka, di mana mereka akan mengeluarkan senyawa antibakteri yang akan membunuh bakteri atau mereka akan memakannya. Selain itu, mereka juga akan membuat enzim yang dapat memecah jaringan mati atau nekrotik, mencegah infeksi lebih lanjut. Enzim ini juga akan memecah protein kulit dan mengaktifkannya untuk mempercepat penyembuhan luka.
Source | : | Science ABC |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR