Kembali pada analisis logam, polanya bisa bertahan dalam penempaan karena suhu yang rendah. Para peneliti memperkirakan bahwa belati ini dibuat pada suhu di bawah 950 derajat Celsius. Jika lebih dari angka itu pola bisa hilang dan melebur dengan logam. Sementara Tutankhamun hidup di Zaman Perunggu yang mana penempaan logam membutuhkan suhu lebih dari 1.500 derajat Celsius.
Matsui mencatat, belati yang diketahui terbuat dari besi meteorit pertama kali digali berada di Alaca Hüyük, Anatolia, Turki. Masyarakat di sana membuat belati seperti ini di Zaman Perunggu atau 2300 SM, dan ditemukan dalam pemakaman.
Baca Juga: Temuan Tembikar Kuno di Mesir: Bercerita tentang Kisah Hantu
Baca Juga: Temuan Buku Catatan Peradaban Mesir Kuno, Bagaimana Bentuknya?
Mereka menyimpulkan, bahwa teknologi untuk mengerjakan besi meteorit untuk benda yang kompleks seperti itu setidaknya ditketahui dari 4.300 tahun silam. Jelas, ini hanya diketahui di kawasan Anatolia.
"Pada waktu itu di Mesir, besi dianggap sebagai elemen yang jarang jatuh dari langit dan sekitar 80 kali lebih berharga daripada emas," kata Matsui di Ancient Origins. "Tutankhamun kemungkinan mewarisi belati besi dari kakeknya dan itu ditempatkan di kuburannya ketika dia meninggal di usia muda."
Surat-surat Amarna, prasasti tanah liat yang berasal dari 1360-1332 SM juga memberi petunjuk. Di dalamnya ada berita hubungan diplomasi pada Mesir kuno, dan salah satu isinya menyebut belati besi yang diberikan kepada salah satu leluhur Tutankhamun sebagai hadiah.
"Gagang emas (pada belati) mengisyaratkan asal luar negeri, mungkin dari Mittanni, Anatolia, seperti yang disarankan oleh salah satu surat Amarna yang mengatakan bahwa belati besi dengan gagang emas diberikan dari raja Mitanni kepada Amenhotep III, sang kakek dari Tutankhamun," tulis para peneliti di makalah.