Mengabadikan Pendar Senja di Air Terjun Toroan

By Nana Triana, Kamis, 24 Februari 2022 | 15:56 WIB
Pendar Senja di Air Terjun Toroan, Sampang, Madura. (Dok. Rendra Kurnia/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id – Madura merupakan daerah penghasil garam terbesar di Indonesia, bahkan konon yang terbesar di Asia Tenggara. Tak heran, pulau yang memiliki luas lahan garam sekitar 15 ribu hektare tersebut kerap dijuluki dengan nama Pulau Garam.

Selain itu, Madura terkenal dengan kuliner khasnya, seperti nasi bebek sinjay, soto madura, kaldu kokot, dan lorjuk. Namun, siapa sangka, selain kondang dengan garam dan kulinernya, pulau ini juga memiliki destinasi wisata alam yang indah dan eksotis, yaitu Air Terjun Toroan. 

Air terjun yang berlokasi di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, itu memiliki ketinggian sekitar 20 meter dari permukaan laut. Keunikan dari Air Terjun Toroan berupa letaknya yang langsung menghadap ke laut karena bermuara di lepas Pantai Nepa. 

Pada saat kondisi laut surut, putihnya pasir pantai akan terlihat di sekitar muara air terjun. Biasanya, momen ini sering dimanfaatkan para pelancong untuk berswafoto dan menikmati kecantikan Air Terjun Toroan dari jarak lebih dekat.

Sementara itu, pada saat laut pasang, karang-karang yang memisahkan area jatuhnya air terjun dengan laut akan tenggelam. Muara Air Terjun Toroan dengan laut bakal terlihat lebih menyatu. Pemandangan saat kondisi laut pasang ini tak kalah menakjubkan untuk diabadikan dari bagian atas sekitar air terjun.

Baca Juga: Di Balik Kekacauan Rusia, Tsar Nicholas II Adalah Pribadi yang Baik

Hal itulah yang dilakukan oleh fotografer senior Rendra Kurnia saat melancong ke Air Terjun Toroan. Rendra berkesempatan memotret pesona air terjun tersebut dalam perjalanan Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia.

Dia menuturkan pelancongannya ke Air Terjun Toroan saat itu disambut langit gelap dan hujan deras. Cuaca yang kurang bersahabat ini membuatnya berkecil hati. Sebab, konsep foto yang sudah tergambar dalam benaknya bisa jadi sebatas angan saja.

"Ketika tiba di lokasi, cuaca tidak bersahabat, sehingga tidak ada background yang sesuai dengan konsep saya sebelumnya," cerita Rendra saat dihubungi tim National Geographic Indonesia, Senin (7/2/2022).

Memang, sebenarnya, dia berniat memotret Air Terjun Toroan dengan konsep cahaya temaram (low-light) berlatar matahari tenggelam. Namun, cahaya saat itu kelewat gelap dan objek foto tertutup hujan. Rendra pun memutuskan kembali ke persinggahannya dan berniat datang lagi esok hari. 

Baca Juga: Hanya Berbekal Smartphone, Keindahan Gua Berlian Dapat Diabadikan

Keesokan harinya, dia kembali di waktu yang sama. Kali ini hatinya lega, sebab langit menjawab harapannya. 

Rendra berdiri di daratan bagian atas sekitar air terjun. Di sisi kiri pandangannya adalah Air Terjun Toroan, sementara di sisi kanannya terbentang lautan. Matahari telah tenggelam kala itu, menyisakan cahaya jingga yang membuat langit di ujung cakrawala tampak semarak.

Panorama matahari terbenam di Air Terjun Toroan. (Dok. Rendra Kurnia/National Geographic Indonesia)

"Saya ingin ambil foto air terjun dengan background matahari tenggelam yang ditunjang batu-batu karang di sekitarnya," ungkapnya.

Air Terjun Toroan berhasil ia abadikan dalam sejumlah foto. Rendra merasa puas. Bukan hanya karena hasil jepretannya tampak ciamik, tetapi juga karena foto-foto tersebut diambil menggunakan kamera dari smartphone realme 9 Pro+. Ya, bukan kamera profesional yang biasa ia pakai.

“Meskipun dalam kondisi low-light, kamera realme 9 Pro+ cukup baik. Saya menggunakan mode 50 megapiksel. Gambar yang dihasilkan cukup apik, air terjun terlihat begitu halus,” jelas Rendra dengan antusias.

Kamera pada smartphone tersebut, lanjut dia, cukup stabil saat digunakan karena didukung Optical Image Stabilization (OIS). Sensor kamera flagship Sony IMX766 yang ditanam pada realme 9 Pro+ juga mampu meningkatkan detail warna dan membuat foto lebih tajam.

“Cukup terbantu dengan adanya dua fitur ini. Kamera realme 9 Pro+ bisa menyesuaikan hasil dengan baik,” imbuh Rendra.

Baca Juga: Menjumpai Blue Fire Kawah Ijen, Cahaya Unik Hanya Dua di Dunia

Menurutnya, konsep foto yang ia terapkan pada Air Terjun Toroan bisa menjadi resep bagi pelancong yang berencana menyambangi destinasi alam ini. Komposisi air terjun berpadu laut, dengan latar belakang langit kala sunset, merupakan lukisan semesta yang langka.

"Setahu saya, air terjun yang langsung terhubung ke laut baru Air Terjun Toroan di Madura. Debit airnya juga besar," ujarnya.

Air Terjun Toroan tidak hanya menawarkan keelokan yang sedap dipandang. Namun, juga menyimpan legenda tentang asal-usul air terjun tersebut yang hidup di tengah masyarakat Madura. 

Menurut legenda itu, Rendra bercerita, keberadaan Air Terjun Toroan merupakan akibat dari pertengkaran sepasang suami-istri yang saling curiga telah terjadi perselingkuhan di antara mereka.

Kemudian keduanya meminta untuk dimakamkan di tengah hilir sungai ketika sudah meninggal. Apabila makam mereka tidak tenggelam oleh banjir, maka keduanya tidak bersalah.

"Kalau didapati tidak bersalah, makamnya tidak akan dilewati air sehingga tidak menenggelamkan makam," kata Rendra.

Rendra Kurnia merupakan satu dari delapan fotografer yang menjelajahi sembilan destinasi alam melalui program Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia. Para fotografer mengabadikan keunikan cahaya dari setiap destinasi menggunakan realme 9 Pro+.

Bagi Anda yang penasaran melihat foto karya delapan fotografer pada ekspedisi ke sembilan destinasi wisata alam tersebut, Anda dapat mengunjungi laman https://bit.ly/realme9lights.