Nationalgeographic.co.id—Ketika Valerian menjadi kaisar Romawi pada tahun 253 M, Roma berada di tengah Krisis Abad Ketiga. Selama 50 tahun, terdapat 50 kaisar yang telah bertahta di Romawi.
Banyak kaisar yang hanya bertahan beberapa bulan, mereka dibunuh oleh saingan atau bahkan pasukan mereka sendiri.
"Tujuh tahun pemerintahan Valerian, mungkin karirnya tampak sukses dan baik-baik saja –sampai ia ditangkap oleh musuh terbesar Roma, Persia," tulis Charlton kepada Ranker.
Genevieve Charlton menulis dalam artikelnya yang berjudul "The Roman Emperor Who Might Have Died By Having Molten Gold Poured Down His Throat", dipublikasikan pada 21 Desember 2021.
Persia kala itu telah melakukan invasi secara radikal ke beberapa wilayah di Roma, untuk menyaingi pemerintahan Romawi yang saat itu tengah langgeng berkuasa. Raja Shapur I dari Persia, dihadapkan dengan Valerianus, kaisar yang kala itu memerintah Romawi.
"Ketika Roma berusaha untuk memperluas di Timur Tengah, Shapur mendorong mereka kembali, pertama membunuh kaisar Romawi Gordian III di Pertempuran Misiche dan kemudian mengalahkan penggantinya untuk merebut kota Antiokhia," imbuhnya.
Baca Juga: Hashshashin, Pembunuh Terampil Sekte Muslim Rahasia Persia dan Suriah
Namun sejatinya, kemenangan terbesar Shapur I datang pada tahun 260 M, ketika dia menangkap kaisar Valerian di Pertempuran Edessa.
Lactantius, seorang sejarawan kuno, menggambarkan tentang penghinaan yang dilakukan oleh Raja Persia setelah berhasil mengalahkan Romawi yang diperintah Valerian. Menurutnya, setelah penangkapannya oleh Shapur I, Valerian menghabiskan sisa hari-harinya dalam kondisi perbudakan yang paling menghinakan.
Dalam catatan Lactantius, ia menuliskan bahwa Raja Shapur I bahkan memperlakukan dengan mempermalukan Valerian. Shapur I menjadikan Valerian sebagai tumpuan kakinya saat hendak menunggangi kudanya. Penghinaan terbesar yang pernah diderita raja-raja Romawi.
"Raja Persia, yang telah menjadikannya tawanan, kapan pun dia memilih untuk naik kereta atau menunggang kuda, ia memerintahkan orang Romawi dan Valerianus untuk membungkuk dan menaikkan kaki ke punggungnya sebagai pijakan," sebut Charlton mengutip Lactatianus.
Bangsa Romawi tidak akan pernah mengukir patung penghinaan Valerian, tetapi sebaliknya, bagi Persia, Valerian adalah subjek populer dalam setiap seni Persia dan Eropa selama berabad-abad setelah kematiannya.
Selama penawanan kaisar Romawi, Shapur I sebenarnya bisa saja mengeksekusi Valerian kapanpun ia mau. Nyatanya, bukan darah dari raja Romawi yang Shapur I inginkan, melainkan cemoohan dan penghinaan yang harus didapatkan Romawi.
Salah satu memorabilia terekam dalam lukisan yang populer pada abad ke-16, tepatnya lebih dari 1.000 tahun kemudian, Hans Holbein menggambar penghinaan terhadap Romawi dengan melukiskan kaki raja Persia di punggung Valerian.
Baca Juga: Sebelum Kejatuhan Kekaisaran Romawi, Kondisinya Mirip Dengan Saat Ini
"Selama penghinaan Valerian, putranya yang bernama Gallienus, memerintah Roma. Sekalipun Gallienus yang sangat lemah, ia tidak pernah mampu untuk menyelamatkan ayahnya sendiri dari penghinaan," terusnya.
Tidak ada yang lebih buruk daripada menuangkan emas cair di atas kepala seseorang, seperti yang digambarkan dalam Game of Thrones di season pertamanya. Sadisnya, itulah yang terjadi pada Valerian ketika Raja Shapur I mulai bosan menghinanya.
Secara tega, Raja Shapur I membunuh Valerianus dengan menuangkan cairan emas ke kerongkongannya. Eksekusi menggunakan timah cair, hanya dalam waktu 10 detik, emas cair itu telah membeku dan memenuhi seluruh tenggorokan yang membunuh Valerian.