Tak Hanya para Petani, Tentara Merah Rusia Juga Memakai Sepatu Lapti

By Ratu Haiu Dianee, Sabtu, 26 Februari 2022 | 14:00 WIB
Exhibition (Arkady Shaikhet)

Nationalgeographic.co.id - Ke mana pun kita berjalan ke suatu tempat, pasti kita tidak lupa untuk selalu mengenakan alas kaki. Entah itu sandal jepit, sepatu, high heels, sepatu sandal, dan masih banyak lagi.

Sepatu tidak hanya dijadikan sebagai alas kaki saja, banyak juga yang menjadikan sepatu sebagai salah satu kesatuan dari sebuah fesyen. Sepatu yang dipakai, akan dipilih sedemikian selaras dengan pakaian yang dikenakan.

Selain itu, sepatu juga dapat menjadi peninggalan budaya atau suatu sejarah dari beberapa daerah, seperti sepatu tradisional Lapti yang berasal dari Rusia.      

Lapti merupakan sepatu rajut tradisional Rusia yang memiliki desain unik dan dibuat dengan menggunakan material bahan dari bast atau sejenis kulit pohon.

Kata Lapti rupanya berasal dari kata “lapa”, yang pada zaman dahulu berarti kaki atau foot, dan sekarang berarti telapak kaki hewan atau paw.

Cara memakai lapti yang memiliki tali panjang yaitu dengan melilitkan tali yang panjang menyilang atau dengan pola zigzag sampai ke bagian betis.

Baca Juga: Pesan-pesan dari Budaya Kuno Tashtyk nan Misterius di Rusia Timur Jauh

Dikutip dari laman Russiapedia, hingga awal abad ke-20, Lapti dipakai pada setiap desa di Rusia, namun saat ini hampir tidak ada orang yang memakainya. Namun Lapti masih digunakan pada acara-acara khusus, seperti perayaan atau pertunjukan kostum.

(Yuri Krivonosov)

Sepatu Tradisional Rusia yang Dahulu merupakan Jalan Keluar Para Petani Rusia dalam Menghadapi Mahalnya Harga Sepatu

Lapti menjadi sepatu bagi para petani karena harganya yang murah dari harga sepatu bot kulit paling murah waktu itu. Bahkan, para petani bisa membuatnya tanpa harus membeli.

Kulit pohon yang digunakan dalam pembuatan sepatu Lapti adalah kulit pohon birch, linden, oak, elm, dan lain-lain. Kulit kayu dari pohon-pohon tersebut dikupas lalu disimpan.

Sebelum membuat Lapti, kulit kayu direndam dalam air, kemudian kulit pohon dipisahkan dan dipotong-potong. Selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari, setelah kering kulit kayu tersebut siap untuk ditenun.

Biasanya para warga membuat Lapti lebih banyak pada musim dingin, karena kegiatan mereka yang hanya berdiam di dalam rumah dan tidak bertani.

Dikutip dari laman Russia Beyond, pada berbagai daerah memiliki metode menenun Lapti yang berbeda-beda. Di Rusia Tengah, kulit pohon diletakkan secara diagonal, dan mulai ditenun dari tumit sepatu.

Di bagian Barat, menenun dimulai dari ujung kaki dan kulit pohon diletakkan di atas. Sedangkan di Moskow, Lapti memiliki ciri-ciri tinggi sepergelangan kaki. Sementara di Utara, Lapti lebih rendah dan memiliki jari kaki yang runcing.

Lapti musim dingin dibuat dari dua lapis kulit kayu dan terkadang memiliki sol kulit. Ada juga Lapti “akhir pekan”, dengan ciri-ciri lebih tipis, dicat dengan ornamen khas, dan diikat dengan pita wol.

Pemakaian Lapti hanya akan bertahan hingga 10 hari, sekali pun dengan Lapti yang berkualitas tinggi. Sedangkan pada musim panen, Lapti hanya bertahan hingga 4 hari.

Maka dari itu, tak sedikit petani membawa Lapti cadangan untuk berjaga-jaga di ladang saat bekerja.

Baca Juga: Penemuan Surat Kuno Dari Kulit Pohon Birch di Kota Kuno Novgorod

Kepercayaan Masyarakat Rusia pada Lapti

Menurut kepercayaan masyarakat Rusia, Lapti yang sudah lama atau rusak tidak boleh dibuang. Mereka akan menggantungnya di pagar atau di gudang dan di dalam rumah.

Tentu saja para petani Rusia tidak menyimpan semua Lapti yang usang, tetapi mereka membakarnya karena tradisi yang menyatakan bahwa dilarang membuangnya.

Membuat Lapti adalah keterampilan yang penting bagi setiap orang Rusia. Selain menjadikannya sebagai alas kaki, Lapti juga dipercaya dapat menangkal kekuatan jahat.

Kemudian mengangkut roh-roh rumah dari satu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya. Lapti akan sering ditemui bergantungan pada pagar atau di dalam rumah saat kita berkunjung.  

Lapti menjadi jimat untuk memblokir pikiran jahat yang bisa dibawa oleh tamu tak dikenal ke dalam rumah. Selain itu, Lapti tua digunakan untuk membawa domovoi atau roh rumah dari satu rumah ke rumah lain ketika sebuah keluarga pindah.

Arti dari tenunan Lapti dengan potongan kulit kayu yang saling bersilangan dapat menjadi jimat pelindung mereka.

Terdapat pula tradisi mengenai anak laki-laki atau perempuan setelah membuat Lapti pertama mereka, lapti akan dibakar dengan kompor lalu abunya ditelan. Biasanya abu tersebut disajikan dengan air atau roti dan ditelan oleh penenunnya. Dengan hal ini, orang Rusia percaya bahwa orang-orang tidak akan pernah lupa cara membuat Lapti.

Baca Juga: Temuan Harta Karun di Rusia Membuka Titik Terang Tentang Zaman Migrasi

 

(Arkady Shaikhet)

Tak hanya Para Petani, Para Tentara Juga Memakainya

Dikutip dari laman Russia Beyond, Lapti juga digunakan sebagai alas kaki sehari-hari sampai awal Uni Soviet. Selama Perang Saudara di Rusia, sebagian besar Tentara Merah mengenakan Lapti.

Bahkan ada komisi yang diorganisir negara, CHEKVALAP atau The Extraordinary Commission for Valenki and Lapti yang mengawasi pasokan tentara dengan Lapti.

Setelah produksi sepatu massal dari kulit dan karet dimulai di Uni Soviet, Lapti perlahan-lahan menjadi usang, meskipun kadang-kadang masih dipakai di pedesaan hingga hari ini

“Tapi bagaimana orang Rusia bisa menghasilkan Lapti selama berabad-abad tanpa merusak semua pohon? Sekarang, rahasia ini hilang. Kita hanya bisa mengira orang Rusia memiliki beberapa metode dalam mengambil kulit dari satu pohon berkali-kali selama beberapa tahun,” tulis Georgy Manaev pada laman Russia Beyond.