Carbon memiliki arti mendalam bagi perkembangan islam di Jawa era para Walisongo. Carbon mengandung arti puser jagat atau pusat bumi. Disebut pusat bumi karena tempatnya yang berada pada bagian paling tengah Pulau Jawa.
Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, naskah kuno yang ditulis pada tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, menyebut Cirebon sebagai Sarumban yang kemudian berubah lagi menjadi Caruban.
Baca Juga: Lambang di Situs Makam Sunan Gunung Jati: Freemason Ada di Cirebon?
Baca Juga: Surawisesa Beri Portugis Sunda Kelapa, Pajajaran Dihajar Demak-Cirebon
Baca Juga: Prosesi Pemakaman Megah Sang Mayor Cina Pelindung Besar Kesenian Jawa
Kata Caruban memiliki arti 'campuran'. Kata ini juga berkaitan dengan sebutan Carbon yang diungkapkan oleh para Walisongo. Keduanya kemudian semakin dikenal di era kontemporer sebagai Cirebon.
Bermakna campuran, itulah penggambaran dinamika sosial masyarakat Cirebon. Menilik dari toponiminya (penamaannya), kata Cirebon berasal dari dua bahasa.
Secara etimologis, Cirebon berasal dari kata 'ci' dan 'rebon'. "Ci dalam bahasa Sunda adalah singkatan dari cai yang berarti air," sebut Sobana dan tim penulis.
Dalam bahasa Cirebon (penduduk lokal) kata 'Ci' dari kata Cirebon, bermakna sebagai air sisa pembuatan terasi (belendrang). Sedangkan kata 'rebon' merupakan bahasa Jawa yang mengandung arti udang kecil.
Dinamisnya sosial masyarakat Cirebon digambarkan dengan toponiminya, yang merupakan perpaduan masyarakat Cirebon yang diisi oleh keturunan Sunda dan Jawa hingga pembauran yang dikenal dengan Cerbonan.