Spartacus, Gladiator yang Pimpin Pemberontakan Budak Melawan Romawi

By Sysilia Tanhati, Jumat, 11 Maret 2022 | 12:00 WIB
Budak tidak memiliki hak dan diperlakukan semena-mena oleh majikan yang juga pemiliknya. Maka tidak heran jika akhirnya terjadi pemberontakan-pemberontakan budak. (Hermann Vogel/Wikipedia)

Baca Juga: Seberapa Sehat Makanan Sehari-hari para Gladiator zaman Romawi

    

Pasukan Spartacus juga mengalahkan pasukan Romawi kedua yang dikirim, dipimpin oleh praetor Publius Varinius.

Titik nadir Romawi datang pada 72 SM. Khawatir dengan kekalahan sebelumnya, senat mengirim dua legiun konsuler untuk menangani pemberontak.

Bala bantuan dari Crassus dan Pompey

Tahun 71 SM, Spartacus dan para pemberontaknya telah membuat senat Romawi khawatir. Tugas menghentikan Perang Budak Ketiga sekarang menjadi tugas Marcus Licinius Crassus.

Crassus memobilisasi kekuatan sekitar 40.000 tentara Romawi melawan pemberontakan budak. Sekitar 6.000 anak buahnya tewas dalam kekalahan ini. Beberapa pertempuran terjadi, dan legiun Crassus menang lagi dan lagi mendorong para pemberontak ke selatan.

Semakin terdesak, Spartacus dan pasukannya akhirnya dikalahkan oleh tentara Romawi. Ia dan ribuan anak buahnya mati di Sungai Silarius. Mayatnya tidak pernah ditemukan di antara ribuan orang mati.

Banyak pengikutnya melarikan diri dari medan perang, tetapi mereka kemudian diburu oleh Crassus. Puncak pemberontakan berdarah terakhir terjadi di Via Appia. Sekitar 6.000 tahanan, ditangkap oleh Crassus dan pasukannya, disalibkan di pinggir jalan. Di sana mereka ditinggalkan, sebagai contoh bagi mereka yang mungkin masih menantang otoritas Romawi.

Apakah Perang Budak Ketiga berdampak terhadap institusi perbudakan di Kekaisaran Romawi? Nampaknya tidak, mengingat bahwa perbudakan tetap bertahan selama berabad-abad setelahnya.

Pemberontakan-pemberontakan ini hanya mempercepat ketegangan politik di Republik, namun tidak merubah nasib budak. Keberhasilan Crassus dan Pompey dalam mengatasi pemberontakan budak berkontribusi pada terpilihnya mereka sebagai konsul pada 70 SM. Era baru politik Romawi telah dimulai.

Kini, Spartacus ditampilkan sebagai pejuang yang melawan kekuatan Roma untuk mengakhiri perbudakan meskipun tidak ada catatan kuno yang mendukung kesimpulan ini.

“Ia digambarkan dengan jelas sebagai gladiator yang mencari kebebasannya sendiri dan berakhir sebagai pemimpin pemberontakan budak,” ungkap Johns.