Sepatu Anak Zaman Romawi Kuno Menunjukkan Status Sosial Keluarganya

By Sysilia Tanhati, Rabu, 16 Maret 2022 | 11:00 WIB
Bahkan bayi dan anak kecil dituntut untuk mengenakan sepatu serta berpakaian sesuai kelasnya. Sepatu anak di zaman Romawi Kuno dapat menunjukkan status sosial orang tua. orang tua berstatus tinggi mendandani anak dengan sepatu bagus. ( Elizabeth Greene/University of Western Ontario)

Nationalgeographic.co.id—Menurut sebuah penelitian yang dipresentasikan di Institut Arkeologi Amerika, sepatu dapat mengungkapkan status sosial seseorang di zaman Romawi Kuno.

Sepatu bayi dan anak kecil mengungkapkan bahwa keluarganya adalah bagian dari kehidupan militer Romawi. Selain itu juga menunjukkan bahwa anak-anak berpakaian sesuai dengan posisi orang tuanya dalam hierarki sosial. Hal ini diungkapkan oleh peneliti studi Elizabeth Greene dari University of Western Ontario.

"Peran pakaian dalam mengekspresikan status sangat menonjol bahkan untuk anak-anak di usia paling muda," kata Greene.

Sama seperti anak-anak modern yang mengenakan sepatu model terbaru, anak-anak Romawi kuno dari keluarga kaya mengenakan lebih banyak sepatu dekoratif. Lebih dari 4.000 sepatu telah ditemukan di Vindolanda, benteng tentara Romawi di Inggris utara.

Dalam setiap periode waktu operasi benteng, sepatu anak-anak muncul di ruang-ruang domestik yang hancur, gedung-gedung militer dan tumpukan sampah, ungkap Greene.

Sepatu dan status

Dari tumpukan alas kaki ini, Greene dan rekan-rekannya menelusuri jenis sepatu anak dan lokasi penemuannya. Mereka menemukan bahwa dekorasi pada sepatu itu sesuai dengan tempat mereka ditemukan. Di barak, misalnya, sepatu anak-anak meniru sepatu bot biasa tentara dewasa.

Berkat tablet kayu yang ditemukan di situs tersebut, para peneliti mengetahui bangunan mana yang menampung Flavius ​​Cerialis. Ia adalah prefek dari Kohort Kesembilan Batavia sekitar tahun 100 M.

“Keluarga Flavius, termasuk istrinya, Sulpicia Lepidina, mungkin memiliki peran dalam kehidupan publik di sekitar pangkalan,” tutur Greene. Mendukung pernyataan ini, rumah itu berisi sepatu bayi yang rumit dengan gaya persis seperti sepatu bot pria berstatus tinggi.

Sepatu tersebut digunakan untuk bayi, memiliki satu set lengkap kancing besi di solnya, seperti halnya sepatu bot pria. “Bahan mahal menunjukkan sepatu itu berkualitas tinggi,” tambah Greene.

Bagian atas sepatu adalah kulit, dipotong menjadi pola jala yang rumit. Pola itu menunjukkan kerumitan pengerjaan. Juga memperlihatkan kaus kaki berwarna di bawahnya, yang juga digunakan orang Romawi kuno untuk menunjukkan status.

Sepatu untuk bayi seperti itu menunjukkan pemiliknya mengenakan pakaian formal. Greene mengungkapkan bahwa sepatu tersebut biasanya dipamerkan di parade dan acara serupa. Bahkan sebagai bayi, keturunan petinggi pangkalan diharapkan mengikuti jejaknya.

Sepatu umum

Di tempat lain di sekitar pangkalan, sepatu tidak terlalu rumit. 16 sepatu anak-anak ditemukan di barak dari periode sekitar 105 M hingga 120 M. Sebagian besar merupakan "sepatu bot jatuh" dasar dari militer Romawi. Ini adalah sepatu sederhana dengan pergelangan kaki tinggi tanpa hiasan.   

Baca Juga: Sejarah Acungkan Jari Tengah, Di Romawi Kuno Jadi Lambang Seks

Baca Juga: Kehidupan Ekonomi Romawi: Sebagian Orang Bebas Justru Ingin Jadi Budak

Baca Juga: Hukuman Mati Bagi Warga yang Menghindari Sensus Penduduk di Romawi

   

Sepatu lain yang ditemukan di sekitar alasnya dilengkapi dengan "carbatina". Ini setara dengan velcro romawi. Sepatu sederhana ini dikenakan oleh pria, wanita dan anak-anak, mudah diikat dan dilepas, tambah Greene. Sepatu juga bisa dikencangkan atau dilonggarkan, memperpanjang penggunaannya untuk anak yang sedang tumbuh.

Di tempat perwira, para arkeolog menemukan dua sepatu carbatina dengan pola yang lebih rumit dari biasanya. Penemuan ini sekali lagi mendukung gagasan bahwa orang tua berstatus lebih tinggi mendandani anak-anak dengan sepatu yang bagus.

Selain menunjukkan status sosial, penemuan ini mengungkapkan bahwa keluarga menemani tentara dan memiliki peran dalam kehidupan militer. Terlebih lagi, anak-anak mereka “terkunci” dalam kelas sosial sejak dini.

"Bahkan anak-anak prefek yang masih bayi pun dituntut untuk berpakaian sesuai dengan kelasnya," kata Greene.