Awas! Membasmi Kecoak dengan Insektisida Membuatnya Lebih Kuat

By Sysilia Tanhati, Senin, 21 Maret 2022 | 11:00 WIB
Karena kecoak hidup di tempat yang kotor, tubuhnya mengandung molekul yang dapat membunuh bahkan bakteri terberat sekalipun. (Erik Karits/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Membuat jijik, kecoak sering kali sulit dikendalikan. Di Amerika Serikat, populasi kecoak bahkan mengembangkan resistensi terhadap insektisida. Ini membuat bahan kimia menjadi tidak berguna untuk membasmi kecoak. Membunuh kecoak dengan insektisida hanya akan membuat spesies ini jadi lebih kuat.

Sebuah studi di Journal of Economic Entomology menunjukkan bahwa kecoak jerman di California selatan dapat bertahan hidup dari paparan lima jenis insektisida. Kelima jenis insektisida ini paling umum digunakan untuk membasmi hama itu.

“Itu menjadi perhatian, karena hama kecoak menyebabkan masalah kesehatan, seperti asma atau alergi,” kata pemimpin studi Chow-Yang Lee. Setidaknya 11 alergen berbeda dikaitkan dengan kecoak jerman, yang juga dapat menyebarkan bakteri seperti Salmonella. Stres akibat serangan kecoak juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.

Menurut Lee, resistensi kecoak terhadap insektisida menjadi contoh bagaimana manusia mendorong evolusi hama di sekitarnya.

Kisah perlawanan yang tidak pernah berakhir

Lee dan rekan-rekannya mengatamati bagaimana kecoak jerman di empat kota di California selatan bereaksi terhadap insektisida umpan gel. Ini merupakan beberapa produk konsumen yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan serangga di Amerika Serikat.

Mereka mengumpulkan ratusan kecoak dari perumahan di sekitar Los Angeles, San Diego, Vista, dan San Jose. Alih-alih menggunakan layanan pemusnahan profesional, masyarakat cenderung menggunakan lebih banyak pestisida dan insektisida yang dibeli di toko.

Ini menciptakan lingkaran umpan balik. Paparan yang lebih besar menciptakan kecoak yang dapat bertahan dari efek insektisida untuk bertahan hidup. Kecoak ini kemudian berkembang biak dan menghasilkan generasi baru kecoak tahan insektisida yang lebih tangguh.

Lee menyebutnya “kisah yang tidak pernah berakhir dari resistensi insektisida.”

Tim peneliti selanjutnya membawa kecoak kembali ke lab California mereka. Dalam uji coba terpisah, mereka memaparkan hewan tersebut ke enam insektisida umum yang dijual bebas. Eksperimen yang sama dilakukan dengan lusinan kecoak jerman yang dipelihara di laboratorium yang belum pernah terpapar bahan kimia pembunuh serangga.

Kecoak kontrol cepat mati. Namun dalam lima dari enam percobaan, insektisida gagal membunuh kecoak itu. Sebagian besar bertahan hidup setelah dua minggu.

“Sebagian besar insektisida menargetkan bagian tertentu dari tubuh serangga, seperti sistem sarafnya,” ungkap rekan penulis studi Shao-Hung Dennis Lee, Ph.D. Banyak kecoa yang resisten akan mengalami mutasi genetik di area yang diserang, sehingga jadi kurang sensitif terhadap insektisida.

Pada akhirnya, manusia juga menderita akibat penggunaan insektisida dan pestisida di dalam ruangan. Residunya, yang "tersebar luas" di rumah-rumah Amerika, menyebabkan sakit kepala, pusing, dan mual. Ini meningkatkan risiko kanker, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.

Evolusi kecoak

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa memerangi kecoak jerman dengan pestisida tidak hanya gagal, tetapi juga menciptakan hewan yang lebih kuat, kata Shao-Hung Dennis Lee.

“Jika kita tidak menggunakan insektisida, semua ini tidak akan terjadi. Jadi itu semua adalah proses seleksi yang disebabkan oleh manusia,” tambah Lee.

Ketika spesies itu pertama kali tiba di Eropa, banyak yang mati di musim dingin yang keras. “Tetapi beberapa selamat karena pada dasarnya mereka bertahan hidup di dalam ruangan,” kata Chow-Yang Lee. Mungkin juga selama periode ini mereka kehilangan kemampuan untuk terbang.

Faktor lain yang mendorong kemampuan bertahannya adalah adalah kemampuan untuk memakan apa saja.

Sistem pencernaan kecoak Jerman memiliki “sejumlah besar enzim yang membantunya memetabolisme segalanya,” kata Seun Oladipupo, ahli entomologi di Auburn University. Menurutnya, kecoak secara alami mendetoksifikasi semua hal yang kita lemparkan kepada mereka.

Oladipupo sedang menyelidiki cara untuk mengendalikan kecoak jerman menggunakan minyak esensial. Dalam percobaan tahun 2020, Oladipupo menggabungkan minyak esensial yang berbeda dengan umpan hydrogel. Ia menemukan bahwa minyak esensial mengurangi kemampuan kecoak jerman untuk berkembang biak dan memperpendek rentang hidupnya.

Minyak esensial secara teknis masih merupakan pestisida, namun kurang beracun bagi serangga dan manusia. Sehingga kecil kemungkinan kecoak akan mengembangkan resistensi terhadapnya. Ini karena minyak esensial bekerja di banyak tempat di tubuh kecoak, dibandingkan dengan pestisida yang memiliki target spesifik.

Pendekatan terintegrasi

Tapi Oladipupo memperingatkan intervensi seperti minyak esensial bukanlah “pilihan yang berdiri sendiri. Jawabannya bukan kimia, ini adalah pendekatan multi-sistem untuk mengelola hama serangga.”

Ini dikenal sebagai manajemen hama terpadu, yang menggabungkan berbagai strategi seperti merotasi, mengurangi, atau menghilangkan penggunaan pestisida

Baca Juga: Semut Neraka Berusia 99 Juta Tahun Ditemukan Saat Memburu Kecoak

Baca Juga: Hidup di Zaman Dinosaurus, Kecoak Purba Ini Ditemukan Terbungkus Damar

Baca Juga: Spesies Paling Kuno dan Pintar Beradaptasi, Ini Fakta Unik Tentang Kecoak

  

Karena kecoak sangat tertarik dengan makanan hewan peliharaan, penting juga untuk menyimpan makanan hewan peliharaan dalam wadah kedap udara. Ini mencegah serangga mengaksesnya.

Chow-Yang Lee juga menyarankan untuk belajar lebih banyak tentang kecoak liar yang memiliki peran bermanfaat bagi lingkungan. Mereka dapat bertindak sebagai pengurai, memecah daun di lantai hutan hujan. Beberapa bahkan menyerbuki bunga.

Selanjutnya, baik Oladipupo dan Shao-Hung Lee berencana untuk mempelajari mekanisme biologis resistensi kecoak, seperti mempelajari mikrobioma mereka.

Terlebih lagi, beberapa kecoak benar-benar dapat membantu manusia. Karena kecoak hidup di tempat yang kotor, tubuhnya mengandung molekul yang dapat membunuh bahkan bakteri terberat sekalipun. Mempelajari bagaimana proses ini bekerja dapat memberi tahu para ilmuwan bagaimana memerangi resistensi antibiotik pada manusia, sebuah momok besar.

Dengan 17 juta orang meninggal setiap tahun karena infeksi bakteri, bukan tidak mungkin jika suatu hari kecoak menyelamatkan hidup Anda.