Hasil Studi: Tidur Siang Berlebih pada Lansia Bisa Jadi Tanda Demensia

By Maria Gabrielle, Minggu, 27 Maret 2022 | 09:00 WIB
Studi ini melibatkan ribuan lansia yang dipantau selama 14 tahun. (Pixabay)

 Baca Juga: Studi Baru, Mengurangi Polusi Udara Dapat Menurunkan Risiko Demensia

 Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli

Studi saat ini didasarkan pada temuan tersebut dengan mengevaluasi tidur siang dan kognisi setiap tahun. Menurut para peneliti, peningkatan tidur siang dapat dijelaskan oleh studi 2019 lebih lanjut oleh peneliti UCSF lainnya. Studi itu membandingkan otak postmortem orang dengan penyakit Alzheimer dengan mereka yang tidak mengalami gangguan kognitif.

Mereka yang menderita penyakit Alzheimer didapati memiliki lebih sedikit neuron wake-promoting di tiga wilayah otak. Perubahan saraf ini tampaknya terkait dengan tau kusut—ciri khas Alzheimer ditandai dengan peningkatan aktivitas enzim, menyebabkan protein gagal menutup dan menggumpal. Sebagai informasi tau adalah protein yang membantu menstabilkan kerangka internal sel saraf (neuron) di otak.

Studi ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa tidur siang dan penyakit Alzheimer mendorong perubahan satu sama lain secara dua arah. Yue Leng mengatakan sangat menarik penelitian di masa depan untuk mengeksplorasi apakah intervensi tidur siang dapat membantu memperlambat penurunan kognitif terkait usia.

"Saya tidak berpikir kita memiliki cukup bukti untuk menarik kesimpulan tentang hubungan sebab akibat, bahwa tidur siang itu sendiri yang menyebabkan penuaan kognitif. Akan tetapi tidur siang yang berlebihan mungkin merupakan sinyal penuaan yang dipercepat atau proses penuaan kognitif,” pungkas Yue Leng.