Roni Sawiay, warga Kampung Meosmanggara yang menjadi sekretaris dalam kelompok Masadimawa, mengaku bersyukur karena daerahnya menjadi habitat pari manta. Ia bahkan membanggakan perairan manta di sekitar kampungnya, terutama di dekat Yef Nabi Kecil, lebih bagus dibanding pulau-pulau lain apa pun di Raja Ampat.
"Jadi satu kelebihan di Meosmanggara, pari mantanya itu tidak tergantung pada musim. Jadi setiap hari ada. Kalau keberadaan pari manta di Arborek itu tergantung pada musimnya," ujar Roni.
Menurut Roni, manta yang muncul di sekitar Meosmanggara bisa di sore hari atau pagi hari. "Ada juga musim besarnya, yakni sekitar bulan Oktober-November." Saat musim besar, jumlah pari manta yang muncul akan lebih banyak. "Bisa ratusan ekor."
Roni mengatakan pari manta yang hidup di sekitar Meosmanggara bisa tumbuh hingga selebar empat meter dan beratnya mencapai lebih dari 100 kilogram. Sayangnya, selama pandemi ini jarang sekali wisatawan yang berkunjung ke wilayah kampungnya.
"Pandemi sekarang dalam satu bulan hanya 2-3 kali kunjungan. Sebelum pandemi setiap hari bisa ada kunjungan."
Yang patut disayangkan juga, para wisatawan yang berkunjung ke sekitar Kampung Meosmanggara biasanya sudah memakai kapal sewaan sendiri dari Sorong atau Manokwari, sudah membawah pemandu wisata sendiri, dan sudah menyewa tempat penginapan di tempat lain. Padahal, di Kampung Meosmanggara ada juga homestay yang dikelola oleh warga lokal. Biaya peningapan homestay bisa sepuluh kali lebih murah dibanding biaya penginapan di resort-resort Raja Ampat. Dengan harga yang jauh lebih murah itu, pengunjung yang menginap juga sudah disedikan makan tiga kali sehari.
Selain itu, warga Kampung Meosmanggara juga punya kapal-kapal kecil yang bisa disewa untuk dinaiki wisatawan. Warga di sana juga bisa menjadi pemandu wisata lokal karena sudah dilatih. Bahkan, melalui COREMAP-CTI ini, ada pusat informasi wisata dan stasiun pemantau pari manta yang telah rampung dibangun di sekitar Kampung Meosmanggara untuk menambah fasilitas wisata berbasis spesies di sana.
Riyan mengakui masih ada pekerjaan rumah (PR) yang sangat besar agar para wisatawan mau membeli jasa dan barang yang disediakan oleh para warga lokal Meosmanggara. PR itu bernama pemasaran. Riyan mengatakan ke depan perlu kerja sama dan bantuan banyak pihak agar Kampung Meosmanggara bisa menarik perhatian para wisatawan dan agar warga lokal Meosmanggara bisa terhubung langsung dengan para wisatawan domestik maupun mancanegara.
Bagaimanapun, Roni Sawiay optimistis ke depan warga kampungnya bisa turut berkiprah dan mendapatkan manfaat besar dari kegiatan pariwisata konservasi di Raja Ampat. Ia berharap "ke depannya masyarakat Meosmanggara bisa semakin sadar wisata sehingga Kampung Meosmanggara bisa menjadi tempat wisata yang dikenal di dunia, bukan hanya di Indonesia saja."