Dendang Lagu yang Merekam Sejarah Kehidupan Rakyat yang Terlupakan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 14 April 2022 | 17:00 WIB
Tumpukan kaset. Lagu selain menjadi sarana hiburan juga bisa menjadi acuan alternatif sejarawan yang kaya akan pembahasan. (Piqsels)

Nationalgeographic.co.id—Jika Anda menelisik beberapa artikel National Geographic Indonesia yang pernah ditulis oleh saya atau rekan saya, Fikri Muhammad, Anda akan membaca di antaranya menyertakan lirik lagu.

Alih-alih sebagai hiburan untuk didengarkan, lagu dapat digunakan sebagai acuan alternatif untuk menelusuri peristiwa sejarah

Misalnya, yang pernah diterbitkan sebelumnya, tentang budaya Barat yang sempat dikekang oleh Sukarno, lalu dibuka oleh Soeharto yang membawa anak-anak muda berkreasi. Beberapa kreasi lewat lagu itu pun akhirnya menjadi bumerang untuk mengkritik pemerintahan seperti Surat Buat Wakil Rakyat karya Iwan Fals. Ada pula lagu yang menjadi penggambaran nasib masyarakat dalam Resesi karya Eros, Chrisye, dan Yockie.

Purnawan Basundoro, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan, lagu tercipta bukann dari ruang kosong. Lirik yang terkandung di dalamnya memiliki proeses yang diambil dari realitas di masa lalu.

"Lagu ini yang memungkinkan bagi kita, sejarawan, memanfaatkannya sebagai sumber sejarah yang kita gali," kata Purnawan dalam webinar Partihistori yang diadakan Sejarah Lintas Batas (SINTAS), Jumat 8 April 2022. "Walaupun kemudian lagu itu melalui proses imajinatif pencipta lagu, ini mirip dengan karya sastra."

Kerap kali dalam kajian sejarah, karya sastra menjadi gambaran tentang realitas di masa lalu. Tengoklah pada karya-karya Buya Hamka seperti Tenggelamnya Kapal van der Wijck yang menceritakan romansa berdasarkan kejadian bersejarah. Kapal van der Wijck adalah kapal yang pernah tenggelam pada 1921, kemudian kisah di dalamnya terkandung bagaimana masyarakat pada masa itu begitu kolot dalam mengurusi percintaan.

Kajian seperti itu pernah diungkap oleh Ismi Indriani dalam makalahnya di Jurnal Sejarah, Juli 2021, tentang percintaan di masa pergerakan, dan bagaimana karya sastra masa itu merekamnya.

Maka, Purnawan melanjutkan, di antara lagu-lagu populer dan genre, yang sangat kental dalam menggambarkan realitasnya adalah yang bersifat balada. Lagu balada biasanya memiliki lirik yang menceritakan kejadian sehari-hari. Contohnya Franky dan Jane dengan lagu Bis Kota yang menggambarkan suasana transportasi umum dekade 70-an di kota Surabaya yang panas.

"Lagu balada ini sebenarnya berasal dari syair yang sudah lama dari periode abad pertengahan. Nampaknya syair seperti ini baru dijadikan lagu di abad ke-19," terangnya.

Seringkali, sejarah memuat cerita-cerita penguasa dan mengabsenkan orang jelata yang jauh dari politik besar. Berbagai dokumen tentang penguasa pun memudahkan sejarawan untuk membuatnya hadir dalam narasi, sedangkan rakya jelata minim.

Maka, Purnawan mengungkapkan, lagu adalah cara untuk memperluas bahasan sejarah itu, agar lebih bisa menggali tentang sejarah cerita rakyat kecil. Dia mengambil contoh seperti tema tukang becak. Becak dikenal dalam lagu anak-anak seperti karya Ibu Sud yang menggambarkannya sebagai moda transportasi yang kini sangat jarang di Jakarta.

Namun, beberapa lagu justru menempatkan pembahasan becak pada perspektif humanis, seperti yang salah satunya dibuat oleh Benyamin Sueb.