Kunci Hadapi Tantangan Hari Ini dan Nanti: Meninjau Kembali Sejarah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 5 April 2022 | 11:00 WIB
Hutan yang dibakar oleh perusahaan di zaman pemerintahan Hindia-Belanda untuk ditanami kembali. (KITLV)

"Dan luar biasa dampak dari zoonotic disease terhadap sosial, ekonomi, dan politik," jelasnya. Di bidang ekonomi, pengembangan vaksin dan bidang kesehatan menjadi fokus dari bencana umat manusia ini, yang seharusnya bisa digunakan untuk perkembangan hal lainnya.

Tidak berhenti di situ saja, risiko keberadaan umat manusia yang dihadapi muncul dari dalam perkembangan pengetahuan kita: pengembangan teknologi. Kemajuan ini memiliki dampak pada sosial, budaya, dan politik, jika tidak terkendali, misalnya seperti perkembangan AI dan bio-teknologi.

Risiko yang dihasilkan manusia sendiri pun muncul dari tingkat pemerintahan-pemeritnahan dunia, seperti perang global. "[Tengoklah pada] Rusia dan Ukraina. Sudah ada semacam pembentukan blok dalam isu dan segara tidak langsung kita (Indonesia) terdampak, lewat G-20 untuk memutuskan mengundang Rusia atau tidak, dan ada reaksi dari negara lain" tutur Hilmar. 

Konflik Rusia-Ukraina menimbulkan ketakutan akan ledakan Chernobyl. Sama seperti peristiwa tahun 1986. (Ben Fairless/Wikipedia)

Namun di selain existensial risk, manusia sebenarnya rentan pula dengan risiko alami. Risiko di mana bencana alam bisa terjadi kapan pun dan sebesar apa pun baik dari dalam atau luar bumi.

"Kita harus punya pemahaman atau konsepsi alternatif [untuk masa depan] dari masa lalu," ujarnya. Itu sebabnya, pembelajaran sejarah begitu penting untuk memahami apa yang bisa dipetik dari masa lalu untuk keberlangsungan masa depan yang lebih baik, bukan sekadar pemahaman tempo dulu belaka.

"Tanpa itu, kita enggak bisa lihat kedalaman problem yang kita hadapi. Dan untuk mencari alternatif ini, salah satu porblem dalam pandangan sejarah yang ada adalah short chronology sejarah kita yang terfokus pada jaman modern sekitar 1750."

  

Baca Juga: Dukun: Pentolan Medis yang Kini Dianggap Sekadar Praktik Klenik

Baca Juga: Senjakala Bissu Bugis, Akibat Purifikasi Agama dan Komersialisasi?

Baca Juga: Proyeksi Masa Depan, Hutan Kalimantan Akan Menggantikan Amazon