Suleiman I dari Utsmaniyah, Pengaruhnya bagi Eropa dan Nusantara

By Sysilia Tanhati, Senin, 4 April 2022 | 09:27 WIB
Meski tidak pernah bertemu dengan Sulaeman, Francis I berhasil membuat aliensi yang sukses dengannya. (Titian/Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Suleiman yang Luar Biasa, juga dikenal sebagai Suleiman I atau Suleiman the pembuat hukum, adalah Sultan kesepuluh dari Kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman). Pemerintahannya berlangsung selama 45 tahun, dari tahun 1520-66.

“Dia memimpin era penting dalam sejarah Kekaisaran Utsmaniyah pada pertengahan abad keenam belas. Selain menjadi salah satu pemimpin paling tangguh sepanjang masa, dia menonjol di antara para pemimpin lain,” ungkap Chester Ollivier dilansir dari laman The Collector.

Apa yang dilakukannya sehingga digelari ‘yang Luar Biasa’?

Kehidupan awal Suleiman yang Luar Biasa (1494-1520)

Suleiman adalah putra Sultan Utsmaniyah besar lainnya, Selim I berkuasa 1512-20. Ayahnya mengawasi ekspansi besar-besaran Kekaisaran Utsmaniyah, termasuk penaklukan Kesultanan Mamluk di Mesir dari tahun 1516-17.

Suleiman lahir pada November 1494, ibunya adalah seorang wanita bernama Hafsa Sultan. Asal-usul sang Ibu tidak diketahui dengan jelas.

Pada usia 7 tahun, Suleiman muda sudah mempelajari banyak hal. Itu termasuk sejarah, ilmu pengetahuan, sastra, teologi, dan taktik militer. “Pada akhirnya, semua ilmu ini turut berkontribusi bagi kehidupannya,” tambah Ollivier.

Suleiman yang Luar Biasa di Eropa

Setelah kematian ayahnya pada tahun 1520, Suleiman naik takhta, menjadi Sultan Ottoman kesepuluh. Tidak menunggu lama, pada tahun 1521 ia memulai serangkaian operasi militer melawan Eropa Kristen, dimulai dengan Beograd.

Tentara Hongaria yang mengendalikan Beograd tidak dapat melakukan serangan balik terhadap pasukan Ustmaniyah dan akhirnya menyerah. Kemenangan atas Beograd menjadi kemenangan yang sangat penting bagi Kekaisaran Utsmaniyah. “Ini adalah ekspansi barat terjauh dalam sejarah,” Ollivier menambahkan.

Tahun berikutnya, Suleiman menargetkan pulau Rhodes di Yunani yang tidak berhasil dikuasai Mesih Pasha sebelumnya. Di bawah kepemimpinan Suleiman, pasukan Ottoman berhasil mengepung pulau itu. Pada 26 Juni 1522, 400 kapal Ustmaniyah tiba di pantai Rhodes untuk memulai pengepungan.

Pengepungan melibatkan tembakan senjata berat dan tembakan meriam yang membuat tembok kastil akhirnya mulai runtuh. Perwakilan Rhodes akhirnya menyerah dan menerima persyaratan Suleiman. Persyaratan ini termasuk bahwa Suleiman berjanji untuk tidak mengubah gereja menjadi masjid.