Nationalgeographic.co.id—Suleiman yang Luar Biasa, juga dikenal sebagai Suleiman I atau Suleiman the pembuat hukum, adalah Sultan kesepuluh dari Kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman). Pemerintahannya berlangsung selama 45 tahun, dari tahun 1520-66.
“Dia memimpin era penting dalam sejarah Kekaisaran Utsmaniyah pada pertengahan abad keenam belas. Selain menjadi salah satu pemimpin paling tangguh sepanjang masa, dia menonjol di antara para pemimpin lain,” ungkap Chester Ollivier dilansir dari laman The Collector.
Apa yang dilakukannya sehingga digelari ‘yang Luar Biasa’?
Kehidupan awal Suleiman yang Luar Biasa (1494-1520)
Suleiman adalah putra Sultan Utsmaniyah besar lainnya, Selim I berkuasa 1512-20. Ayahnya mengawasi ekspansi besar-besaran Kekaisaran Utsmaniyah, termasuk penaklukan Kesultanan Mamluk di Mesir dari tahun 1516-17.
Suleiman lahir pada November 1494, ibunya adalah seorang wanita bernama Hafsa Sultan. Asal-usul sang Ibu tidak diketahui dengan jelas.
Pada usia 7 tahun, Suleiman muda sudah mempelajari banyak hal. Itu termasuk sejarah, ilmu pengetahuan, sastra, teologi, dan taktik militer. “Pada akhirnya, semua ilmu ini turut berkontribusi bagi kehidupannya,” tambah Ollivier.
Suleiman yang Luar Biasa di Eropa
Setelah kematian ayahnya pada tahun 1520, Suleiman naik takhta, menjadi Sultan Ottoman kesepuluh. Tidak menunggu lama, pada tahun 1521 ia memulai serangkaian operasi militer melawan Eropa Kristen, dimulai dengan Beograd.
Tentara Hongaria yang mengendalikan Beograd tidak dapat melakukan serangan balik terhadap pasukan Ustmaniyah dan akhirnya menyerah. Kemenangan atas Beograd menjadi kemenangan yang sangat penting bagi Kekaisaran Utsmaniyah. “Ini adalah ekspansi barat terjauh dalam sejarah,” Ollivier menambahkan.
Tahun berikutnya, Suleiman menargetkan pulau Rhodes di Yunani yang tidak berhasil dikuasai Mesih Pasha sebelumnya. Di bawah kepemimpinan Suleiman, pasukan Ottoman berhasil mengepung pulau itu. Pada 26 Juni 1522, 400 kapal Ustmaniyah tiba di pantai Rhodes untuk memulai pengepungan.
Pengepungan melibatkan tembakan senjata berat dan tembakan meriam yang membuat tembok kastil akhirnya mulai runtuh. Perwakilan Rhodes akhirnya menyerah dan menerima persyaratan Suleiman. Persyaratan ini termasuk bahwa Suleiman berjanji untuk tidak mengubah gereja menjadi masjid.
Berkat penguasaan ini, Utsmaniyah menguasai hampir seluruh Mediterania Timur. Ollivier menambahkan, “Ini membuat komunikasi dan perdagangan lebih mudah dengan Konstantinopel dan Levant. Tapi Suleiman melihat lebih jauh ke barat, ke Eropa.”
Aliansi Utsmaniyah dengan Prancis
Berhasil dikalahkan oleh Charles V dari Kekaisaran Romawi Suci, Francis I dari Prancis membentuk Liga Cognac dengan para pemimpin Eropa lainnya. untuk menggulingkan Charles V. Dan kepada siapa dia berpaling di Timur? Sulaeman.
Francis meminta Suleiman untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi Suci. Ini memberi Suleiman kesempatan untuk menyerang Hongaria, yang menyebabkan Pertempuran Mohács pada 29 Agustus 1526. Hubungan Hongaria dan Utsmaniyah memburuk setelah memperebutkan Beograd.
Pasukan Utsmaniyah menembus pertahanan Hongaria, memaksa Raja Louis II dari Hongaria melarikan diri. Saat mundur, dia terlempar dari kudanya ke sungai dan mati, terbebani oleh baju besinya. Namun Suleiman tidak berhenti sampai di situ. Dua hari kemudian, dia menyaksikan dari singgasana emasnya saat 2.000 tahanan Hongaria dieksekusi.
Sekali lagi, pertempuran ini menunjukkan bagaimana Suleiman yang Luar Biasa mendapatkan julukannya. Kekaisaran Utsmaniyah berhasil menembus lebih jauh ke Eropa daripada yang pernah ada sepanjang sejarahnya.
Suleiman juga membentuk aliansi Prancis-Utsmaniyah dengan Francis I pada tahun 1536. Secara taktis, aliansi ini merupakan salah satu langkah terbaik yang dilakukan Francis sebagai raja.
Setelah dua operasi militer yang gagal di Wina pada tahun 1529 dan 1532, Suleiman melihat kesempatan untuk menebus kegagalan pada awal tahun 1540-an ketika konflik meletus lagi di Hongaria. Pada tahun 1541 dan 1544, Habsburg berusaha untuk mengepung Buda tetapi ditahan oleh Ustmaniyah, yang juga merebut dua benteng Habsburg dalam prosesnya. Akibatnya, Ferdinand dan Charles V dari Romawi Suci terpaksa menandatangani perjanjian lima tahun yang memalukan dengan Suleiman.
Bagi Ferdinand, ini berarti bahwa ia harus membayar jumlah tetap setiap tahun kepada Suleiman untuk tanah Hongaria yang terus ia kuasai. Ia juga melepaskan klaimnya atas Kerajaan Hongaria.
Secara signifikan, perjanjian itu menyebut Charles V sebagai "Raja Spanyol" daripada "Kaisar Romawi Suci". Otomatis, Suleiman mengidentifikasi dirinya sebagai "kaisar" yang sebenarnya.
Pengaruh Sulaeman di Indonesia
Pengaruh Suleiman dikenal dari Austria hingga Indonesia. Pada tahun 1564, Utsmaniyah menerima permintaan dukungan melawan Portugis dari Aceh. Utsmaniyah setuju dan mengirim armada ke sana. Ia menjadi salah satu sosok penting dan diakui secara global pada abad ke-16.
Baca Juga: 3000 Masjid di Istanbul: Berkumpul Memuliakan Tuhan di Tempat Indah
Baca Juga: Orang Islam, Kristen dan Yahudi Mengalami Diskriminasi secara Berbeda
Baca Juga: Madrasah Al-Mustansiriya, Mengajarkan Islam dan Sains Sejak 1227
Baca Juga: Konstantinopel Berubah Jadi Istanbul Bukan Saat Direbut Sultan Ottoman
Baca Juga: Lelakon Ambisi Ottoman Turki dalam Pengepungan Konstantinopel
Sultan Aceh, Husain Ali Riayat Syah, menyebut Kekaisaran Utsmaniyah sebagai Khalifah Islam. Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh menyebabkan pertukaran antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani dalam bidang militer, perdagangan, budaya, dan keagamaan. Bahkan kemampuan membuat Meriam, bedil sundut, dan senapan putar bergagang diperolehnya dari Utsmaniyah.
Menguatnya hubungan Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ustmaniyah membuat Portugis khawatir akan monopoli rempah-rempah. Untuk menguasai rempah-rempah, Portugis mencoba menghancurkan sumbu perdagangan Aceh-Turki-Venesia.
Warisan Suleiman yang Luar Biasa
Pada tanggal 6 September 1566, saat dalam perjalanan dari Konstantinopel ke Hongaria untuk memimpin ekspedisi lain, Suleiman meninggal. Ollivier mengungkapkan, “Kematiannya dirahasiakan dari pasukan agar tidak mempengaruhi moral pasukan.”
Suleiman memang luar biasa karena berbagai alasan. Seorang pemimpin militer yang sukses, ia memperoleh wilayah di Eropa, Afrika, dan Asia. Sang Kaisar juga mempertahankan dan mengembangkan budaya yang sukses di Kekaisaran Utsmaniyah.
Memperluas kekaisaran ke wilayah terbesar yang pernah ada, mendominasi laut dari Mediterania ke Laut Merah ke Teluk Persia.
“Dia benar-benar seorang pemimpin yang luar biasa dan layak mendapatkan gelarnya,” tutur Ollivier.