Sejarah Penuh Darah Berlian Terkutuk Kooh-i-Noor yang Dimiliki Inggris

By Sysilia Tanhati, Jumat, 8 April 2022 | 15:00 WIB
Meski saat ini terpasang di mahkota ibu Ratu Elizabeth II, banyak yang mengeklaim kepemilikan permata ini. Termasuk India, Pakistan, dan bahkan Taliban. (Cyril Davenport et al and Manu Saluja/Wikipedia)

Ranjit Singh meninggal di tahun 1839. “Rencananya untuk memberikan berlian dan permata lainnya kepada sekte pendeta Hindu membuat pers Inggris murka,” tutur Anand. British East India Company pun didesak untuk merebut berlian itu

Tetapi para penjajah pertama-tama dipaksa untuk menunggu periode pergantian penguasa yang kacau. Sampai akhirnya seorang bocah berusia 10 tahun, Duleep Singh, menduduki takhta.

Inggris memaksa Duleep untuk menandatangani dokumen hukum yang mengubah Perjanjian Lahore. Salah satu isinya adalah menyerahkan Koh-i-Noor dan semua klaim kedaulatan.

Sejak itu, Kooh-i-Noor menjadi milik khusus Ratu Victoria. Berlian ‘penuh darah’ ini kemudian ditampilkan di sebuah pameran besar di London 1851. Di luar dugaan, publik kecewa melihat tampilannya yang ‘biasa’ saja. “Bagaikan sepotong kaca biasa,” tulis The Times saat itu.

Kooh-i-Noor sempat digunakan sebagai bros dan mahkota. (Franz Xaver Winterhalter/Wikipedia)

Mengingat penerimaannya yang mengecewakan, Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, meminta agar batu itu dipotong dan dipoles. Proses ini membuat cahaya dibiaskan lebih cemerlang dari permukaannya.

Kooh-i-Noor sempat digunakan sebagai bros dan mahkota. Sampai akhirnya berlian ini mendapatkan sebuah tempat kehormatan: dipasang di bagian depan mahkota Ibu Suri, ibu Ratu Elizabeth II.

Mengapa Kooh-i-Noor dianggap membawa kutukan?

Diselimuti rumor, termasuk rumor kutukan, dan misteri, satu hal yang pasti tentang Koh-i-Noor: memicu banyak kontroversi.

  

Baca Juga: Pertama Kalinya, Berlian Ditemukan Ada di dalam Berlian Lain

Baca Juga: Bagaimana Bisa Mineral Baru dalam Perut Bumi Muncul ke Permukaan?