Mengubah Teori Migrasi: Ada Jejak Leluhur Asia Timur di Eropa Timur

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 10 April 2022 | 13:02 WIB
Sebuah peradaban di belahan barat yang tidak diketahui menyebabkan persilangan leluhur Asia ada di Eropa timur. (Leonardo Vallini, Giulia Marciani)

Nationalgeographic.co.id - Sekitar 300.000 tahun silam, spesies kitaHomo sapiens bermigrasi meninggalkan Afrika dan berdiaspora ke seluruh belahan Bumi berangsur-angsur lamanya. Yang paling jauh, leluhur manusia modern mencapai Asia timur sekitar 40.000 tahun, sebelum akhirnya beberapa kelompok menyeberang lewat Siberia untuk ke benua Amerika.

Alih-alih ke timur, tampaknya leluhur Asia dalam skenario migrasi teori Keluar Afrika (Out of Africa theory) sempat menetap di kawasan Eropa timur. Penelitian biologis terbaru menemukan sisa-sisa manusia yang ditemukan di gua Bacho Kiro di Bulgaria memiliki ciri Asia timur secara genetik. Diyakini mereka tinggal di negeri Balkan ini kurang lebih 45.000 tahun silam.

Temuan ini akan diterbitkan di jurnal Genome Biology and Evolution. Studi itu awalnya berusaha memecahkan misteri beberapa individu untuk mengungkap konteks peradaban paleolitik Eruasia, bersamaan dengan kajian genetika dan bukti arkeologis.

Penelitian ini dipimpin oleh Leonardo Vallini, seorang antropolog molekuler di University of Padova, italia. Dia bersama timnya tidak menyangka akan menemukan jejak kuno keberadaan leluhur Asia timur yang jaraknya jauh dari populasi yang ada saat ini.

Awalnya, kerangka-kerangka dan peralatan sisa zaman batu ini ditemukan pada 2015. Para arkeolog mengindentifikasi usianya menunjukkan peradaban hominin tertua di Eropa. Dengan identifikasi genetika ini, para peneliti menyimpulkan komunitas ini memberikan jeda selama 15.000 tahun sebelum mereka melanjutkan perjalanannya ke timur.

Vallini dan tim menulis, migrasi ini punya hubungan dengan kumpulan budaya yang mirip dengan ciri situs paleolitik utama Eropa. Penduduk gua Bacho Kiro menggunakan alat-alat batu seperti peradaban zaman batu Eropa.

Baca Juga: Homo Bodoensis, Spesies Baru Leluhur Manusia yang Hidup di Afrika

Baca Juga: Ketika Hendak Keluar Afrika, Rute Migrasi Manusia Lebih Kompleks

Baca Juga: Manusia Purba Keluar dari Afrika Lebih dari Satu Gelombang Migrasi

Tahun lalu, para peneliti yang dipimpin Mateja Hajdinjak dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman lebih dulu mengungkapkan, individu di gua Bacho Kiro "lebih erat berhubungan dengan populasi kini dan purba di Asia Timur dan Amerika daripada populasi leluhur Eruasia barat." Penelitian terdahulu itu disingkap di jurnal Nature, April 2021.

Penanggalan dan pemahaman genom ini membuka pertanyaan tentang apa yang dilakukan oleh orang Asia modern dan kuno di sini.

"Kemudian, sekitar 45 ribu tahun yang lalu, ekspansi baru muncul dari hub dan menjajah wilayah yang luas mulai dari Eropa hingga Asia Timur dan Oseania dan dikaitkan dengan mode produksi peralatan batu yang dikenal sebagai Paleolitik Awal," kata Leonardo Vallini.

"Sangat menarik untuk dicatat bahwa, pada waktu yang sama, juga Neanderthal terakhir punah", kata rekan penulis studi terbaru Giulia Marciani dari Universitas Bologna.

Kerangka ini mengandung dosis besar darah Neanderthal—spesies hominin lainnya. Sehingga, makin memperkeruh tentang bagaimana nenek moyang kita berinteraksi. Belum lagi para ahli evolusioner sebelumnya juga sempat memperkirakan bahwa spesies manusia modern sempat kawin campur dengan spesies-spesies manusia purba lainnya.

Temuan terkait pemukiman purba di Eropa ditemukan pula di Ceko. Sebuah studi yang dipublikasikan Juni 2021 di jurnal Nature Ecology & Evolution mengungkap kerangka perempuan di sana diperkirakan berasal dari kependudukan manusia modern lebih dari 45.000 tahun silam. Di dalam kerangka itu juga mengandung sekitar tiga persen genom Neanderthal, tetapi tidak terkait dengan orang Eropa atau Asia modern.

"Akhirnya, satu ekspansi terakhir terjadi beberapa waktu lebih awal dari 38.000 tahun silam dan menjajah kembali Eropa dari pusat populasi yang sama (leluhur Eropa barat), yang lokasinya belum diklarifikasi," rangkum Luca Pagani, penulis senior studi terbaru, arkeolog di University of Padova. 

"Meskipun di Eropa kadang-kadang ada interaksi dengan para penyintas gelombang sebelumnya, percampuran yang luas dan umum antara dua gelombang hanya terjadi di Siberia di mana ia memunculkan nenek moyang aneh yang dikenal sebagai Leluhur Eurasia Utara, yang akhirnya berkontribusi pada nenek moyang penduduk asli Amerika."