Nationalgeographic.co.id—Satu dekade setelah Pertempuran Maraton yang memalukan bagi Persia, Xerxes I yang telah naik takhta langsung memperbaiki kegagalan yang dilakukan ayahnya, Darius I. Ia merencanakan kampanye militer besar-besaran, tidak hanya ke Athena, seluruh semenanjung Yunani kalau perlu.
Xerxes mengerahkan armadanya yang diperkirakan 1.200 trirema. Trirema adalah kapal bertenaga dayung yang menjadi moda utama angkatan laut Persia yang cepat dan bermanuver. Di dalam armada yang dikerahkan Xerxes, terdiri dari sekitar 140.000 pasukan.
Sejak kemenangan di Maraton, polis-polis di Yunani sudah memperkirakan invasi ini akan terjadi. Sebagai taktik pelrindungan, mereka akhirnya membuat pemerintahan persatuan liga militer di Pelloponesos. Walau dikenal suka berperang satu sama lain, persatuan ini mengesampingkan sikap saling curiga dan kebencian demi tujuan bersama.
"Dari semua anggota liga ini, salah satu yang paling siap berperang adalah negara yang paling terancam oleh balas dendam Persia, Athena. Sebuah kekuatan maritim, pada saat itulah Athena menjadi sebuah raksasa angkatan laut," tulis Rupert Butler, sejarawan militer dan sosial, bersama rekan-rekan di buku Perang yang Mengubah Sejarah I.
Baca Juga: Pengadilan Yunani Kuno Atas Socrates, Apa yang Menyebabkannya Dihukum?
Baca Juga: Hermes, Dewa Pengantar Pesan dan 'Pencuri' dari Mitologi Yunani
Baca Juga: Mengapa Patung-Patung Pria Yunani Kuno Memiliki Penis yang Kecil?
"Negarawan paling cemerlang, Themistokles, telah berjuang selama bertahun-tahun bahwa Athena perlu memperbesar armadanya, menghadapi perlawanan sengit dari para warganya yang lebih konservatif."
Maka, Athena membutuhkan dana yang besar untuk mengembangkan militernya. Mereka juga membuat trirema untuk bertempur dengan bentuk yang ramping, dilengkapi senjata, beserta penabrak perunggu untuk menghancurkan kapal-kapal musuh.
Sejak Themistokles menemukan lapisan perak di tambang negara 484 SM-483 SM, dengan mudahnya mengajak dewan Athena untuk berinvestasi pada kapal trirema. Masyarakat Athena dengan cepat bekerja membuat galangan kapal trirema yang mencapai 200 kapal ketika Persia datang menyerang.
Agustus 480 SM, Persia yang mengerahkan sekitar ratusan ribu pasukannya berusaha dihalangi oleh Sparta di pertempuran Thermopylae. Pertempuran itu dikenang sebagai ketangguhan Sparta menghadapi Persia dalam cerita populer dan diangkat menjadi film 300 tahun 2006.
Sementara, armada raksasa Persia harus bertemu dengan armada gabungan Yunani di dekat Artemesium. Di sana, armada mengalami kerusakan akibat badai, tetapi dengan cepat memaksa mundur Yunani saat pasukan darat berhasil menang di Thermopylae.
Yunani mundur sampai ke Salamis, sebuah pulau di lepas pantai Attika, seberang pelabuhan Athena. Peristiwa ini dicatat oleh Herodotus, sejarawan masa Yunani yang menyebut orang Athena putus asa karena sangat bergantung pada armada, dan menyerukan pasukan dari saudara senegaranya untuk membantu di Salamis.
Kemungkinan pada tanggal 27 Agustus 480 SM, armada gabungan Yunani dikumpulkan di tiga pelabuhan pulau Salamis. Kota-kota lain pun bergabung, sehingga diperkirakan ada 310 kapal yang siap menghadapi Persia.
Herodotus menulis, terdapat perdebatan sengit antara para laksamana dari berbagai negara untuk bertempur di Salamis atau di daratan. Themistokles mengancam untuk menarik armada Athena jika pertempuran tidak terlaksana di Salamis. Selat ini sangat dikenali oleh orang Athena sebagai tempat untuk berlindung dalam pertempuran laut.
"Faktanya, Selat Salamis merupakan lokasi yang ideal untuk menghadapi armada Persia, maupun melindungi pengungsi Athena di pulau itu. Jalur yang dapat dilayari antara pulau kecil Salamis dan daratan Yunani punya lebar sekitar 1,6 kilometer, dan panjangnya kira-kira 4,8 kilometer," Butler dan tim berpendapat. Andai saja bertarung di lautan terbuka, akan mudah bagi Xerxes untuk menghancurkan armada Yunani.
Baca Juga: Kisah Leonidas, 300 Tentara Sparta dan Pertempuran Thermopylae
Baca Juga: Kenang Jasa Plato bagi Sejarah Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan
Baca Juga: Aristoteles di Yunani dan Nasibnya karena Kedekatan dengan Makedonia
Tidak kalah pintar, Xerxes mengetahui usahanya akan sia-sia bila bertarung di selat. Langkah pertama yang dilakukannya adalah merebut Pulau Salamis untuk menerang armada musuh dari belakang. Caranya, mereka membuat jembatan agar angkatan darat bisa melakukannya.
Sayangnya di tengah pembangunan jembatan, para pekerja dan pekerjaannya, dihancurkan pemanah Yunani. Persia terpaksa meninggalkan rencana itu.
Kemudian, Xerxes mengirimkan pasukannya menuju tanah genting di Selat Salamis. Dia melihat, orang Peloponnesus berusaha mempertahankan negerinya. Pengiriman itu dilancarkan agar merusak aliansi.
Namun, rencana itu, menurut banyak sejarawan, adalah muslihat Themistokles untuk memutar balik kesempatan. Bahkan, Themistokles mengirim pesan ke Xerxes dan menyatakan dirinya terzalimi dan merasa jijik dengan aliansi yang berjuang setengah-setengah dan berencana meninggalkan selat tengah malam.
Xerxes langsung percaya. Dia langsung mengirim satu skuadron teritma untuk menutup terusan Megara di ujung barat selat, dan dua skuadron menutup selat di sekliling pulau kecil di pintu timur terusan.
Armada pimpinan Korintus segera berlayar seperti sedang melarikan diri ketika armada Persia datang dari barat selat. Armada Persia mengikutinya ke dalam selat yang sempit di mana kapal mereka tidak bisa bermanuver.
Ternyata, sayap kiri armada Yunani bersembunyi di pesisir Pulau Salamis dan dengan tiba-tiba melakukan serangan kejutan armada Persia dari samping. Armada Yunani yang terlihat kabur itu langsung berbalik dan membuat kacau balau armada Persia.
Sungguh marah Xerxes melihat tipu muslihat itu ketika armadanya dihancurkan di selat. Beberapa komandan dipenggal atas kekalahannya. Singkatnya ia kembali berlayar pulang ke Persia bersama sebagian besar pasukannya ketika mellihat tak ada peluang untuk memenangkan pertempuran.
Ratu Artemisia dari Halicarnassus yang menjadi sekutu Persia langsung melindungi diri dengan menabrakan kapalnya sendiri. Cara ini dilakukannya agar orang Yunani mengiranya sekutu, bukan bersama Persia.
"Persia menderita kerugian besar. Paling tidak, 200 kapal Persia ditenggelamkan, dan banyak lagi yang dirampas, sementara Yunani kehilangan 40 kapal," tulis Butler. Masih ada pasukan Persia yang berperang di Pertempuran Plataea, tetapi akhirnya dikalahkan juga di tahun 479 SM. Dua pertempuran ini menjadi penutup atas ambisi Persia untuk menguasai Yunani.