Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim punya dampak yang besar bagi penduduk manusia masa kini. Sumber pangan kita bergantung pada curah hujan, suhu, dan iklim yang tepat untuk membuat kita bertahan di tempat kita tinggal.
Para ilmuwan telah lama curiga, jangan-jangan dampak pada perubahan iklim, bisa berpengaruh pula pada pendudukan manusia purba. Usaha menyingkap kejadian di masa yang sangat lampau itu ternyata rumit, karena sedikitnya catatan iklim di dekat situs yang punya fosil manusia.
Maka, untuk memecahkan pengetahuan ini, Axel Timmermann dari Center for Climate Physics, Institute for Basic Science di Busan, Korea Selatan, bersama sepuluh rekannya menyelidiki iklim lewat simulasi komputer. Simulasi itu diatur oleh mereka menuju masa lampau ketika manusia tinggal di suatu tempat berdasarkan catatan arekologi.
Komputer itu mensimulasikan sejarah iklim bumi selama 2 juta terakhir, tulis mereka di jurnal Nature. Makalah itu berjudul Climate effects on archaic human habitats and species successions, terbit Rabu, (13/04/2022). Timmermann dan timnya, di dalam makalah itu, memasukan data untuk pemodelan iklim, antropologi, dan ekologi yang dapat membantu di lingkungan seperti apa manusia purba bisa hidup.
Jenis manusia yang mereka pertimbangkan di sini adalah Homo neanderthalensis, Homo heidelbergensis (termasuk populasi Afrika dan Eurasia), Homo erectus dan spesies Homo Afrika awal—termasuk Homo ergaster dan Homo habilis, dan Homo sapiens. Semuanya dicatat di dalam model yang akan membuat pemetaan perkembangan hominin.
Baca Juga: Mengubah Teori Migrasi: Ada Jejak Leluhur Asia Timur di Eropa Timur
Baca Juga: Manusia Bermigrasi dari Sulawesi Selatan ke Flores Lewat Selayar
Baca Juga: Manusia Purba Keluar dari Afrika Lebih dari Satu Gelombang Migrasi
“Meskipun kelompok manusia purba yang berbeda lebih suka lingkungan iklim yang berbeda, habitat mereka semua merespons perubahan iklim yang disebabkan oleh perubahan astronomis pada goyangan poros bumi, kemiringan, dan eksentrisitas orbit dengan rentang waktu berkisar antara 21 hingga 400 ribu tahun,” ujar Timmermann yang jadi penulis utama makalah, dikutip dari Phys.
Timmermann dan tim menemukan adanya perbedaan yang sangat signifikan dalam pola habitat untuk tiga kelompok hominin terbaru—H. sapiens, H. neanderthalensis, dan H. heidelbergensis. Temuan ini terungkap ketika mereka mencoba menggunakan usia fosil yang acak dan senyatanya catatan untuk menghasilkan habitat mana yang dipilih pada suatu masa.