Menelusuri Asal Usul Penggunaan Simbol Kelinci di Hari Raya Paskah

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 16 April 2022 | 14:00 WIB
Kelinci sering kita temukan saat hari raya Paskah. Di zaman modern, anak-anak mencari telur yang disembunyikan si Kelinci saat perayaan. (George Dolgikh )

Nationalgeographic.co.id - Anda dapat menemukan karakter kelinci lucu menjelang Paskah. Pada hari Minggu Paskah, anak-anak akan berlomba mencari telur Paskah yang tersembunyi. Konon, telur-telur ini ditinggalkan oleh kelinci Paskah.

Namun tahukah Anda bagaimana asal muasal kelinci muncul di hari raya ini? Tok Thompson seorang antropolog dan ahli cerita rakyat menelusuri sejarahnya.

Paskah adalah perayaan musim semi dan kehidupan baru. Telur dan bunga adalah simbol kesuburan wanita. Akan tetapi dalam tradisi Eropa, kelinci juga dijadikan simbol kesuburan. “Karena kemampuan reproduksinya yang luar biasa,” ungkap Thompson dilansir dari laman Smithsonian Magazine.

Dalam tradisi Eropa, simbolisme kelinci memiliki peran penting dalam beragam ritual keagamaan. Hewan ini juga mendapatkan penguburan ritual selama zaman Neolitik di Eropa. Ditafsirkan oleh arkeolog, kelinci melambangkan kelahiran kembali.

Lebih dari seribu tahun kemudian, selama zaman Besi, penguburan ritual untuk kelinci menjadi hal yang umum. “Bahkan Julius Caesar menyebutkan bahwa di Inggris kelinci tidak dimakan karena signifikansi keagamaannya,” tambah Thompson.

Caesar kemungkinan besar tahu bahwa dalam tradisi Yunani klasik, kelinci disucikan bagi Afrodit, dewi cinta. Sementara itu, putra Afrodit, Eros, sering digambarkan membawa kelinci sebagai simbol hasrat yang tak terpadamkan.

Dari dunia Yunani hingga Renaisans, kelinci sering muncul sebagai simbol seksualitas dalam sastra dan seni.

Daging kelinci untuk menakuti penyihir

Namun dalam tradisi rakyat Inggris dan Jerman sosok kelinci secara khusus terhubung dengan Paskah. Catatan dari tahun 1600-an di Jerman menggambarkan anak-anak berburu telur Paskah yang disembunyikan oleh kelinci Paskah. Tradisi ini akhirnya diadopsi oleh beberapa negara, termasuk Indonesia.

Catatan tertulis dari Inggris sekitar waktu yang sama juga menyebutkan kelinci Paskah. Namun di Inggris, tradisi ini berupa berburu kelinci dan menyantap dagingnya saat hari raya tersebut.  

Salah satu tradisi, yang dikenal sebagai “Hare Pie Scramble,” diadakan di Hallaton, sebuah desa di Leicestershire, Inggris. Penduduk di sana menikmati kue yang dibuat dengan daging kelinci. Mereka saling berebut untuk mendapatkan sepotong kue itu.

Pada tahun 1790, pendeta setempat mencoba menghentikan kebiasaan itu karena dikaitkan dengan paganisme. Namun usahanya tidak berhasil, tradisi itu berlanjut di Hallaton hingga hari ini.

Mengonsumsi kelinci juga dapat dikaitkan dengan tradisi untuk menakut-nakuti para penyihir saat Paskah. Di seluruh Eropa utara, ada kepercayaan bahwa penyihir sering kali berwujud kelinci. Mereka sering berulah seperti mencuri susu dari sapi.

Penyihir di Eropa abad pertengahan juga dipercaya mampu menyedot energi kehidupan orang dan menyebabkan sakit. “Gagasan bahwa penyihir musim dingin harus dibuang pada hari Paskah muncul dalam beragam ritual,” tambah Thomson.

 Baca Juga: Bagaimana Sejarah Telur dan Kelinci Paskah? Berikut Penjelasannya

 Baca Juga: Ritual Aneh Sekte Aghori di India, Makan Mayat Agar Dekat dengan Tuhan

 Baca Juga: Mengenal Puasa Ekadashi, Jadi Penebusan Dosa Bagi Umat Hindu India

Ekuinoks musim semi, sebagai simbol kehidupan baru, dirayakan untuk menentang aktivitas penyihir dan musim dingin yang menguras kehidupan.

Ide ini juga menjadi alasan di balik beragam perayaan, seperti Osterfeuer, atau Api Paskah, sebuah perayaan di Jerman yang melibatkan api unggun besar di luar ruangan yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti para penyihir.

Perayaan musim semi hingga Paskah

Pada tahun 1835, ahli cerita rakyat Jacob Grimm, berpendapat bahwa kelinci Paskah terhubung dengan dewi Ostara. Ia memperoleh nama ini dari dewi Anglo-Saxon Eostre.

Bede, ahli sejarah di Inggris, pada tahun 731 mencatat bahwa bulan April disebut Eosturmonath, atau Bulan Eostre.

Penelitian arkeologi terbaru juga mengonfirmasi penyembahan Eostre di beberapa bagian Inggris dan Jerman. “Kelinci sebagai simbol utamanya,” Thompson menambahkan.

Tradisi kelinci Paskah tampaknya meniru perayaan musim semi pra-Kristen ini. Perayaan musim semi ini menjadi titik balik musim semi dan dipersonifikasikan oleh dewi Eostre.

Setelah musim dingin yang panjang dan dingin di utara, orang-orang merayakan tema kebangkitan dan kelahiran kembali. Bunga-bunga bermekaran, burung bertelur, dan bayi kelinci melompat-lompat.

Saat kehidupan baru muncul di musim semi, kelinci melompat kembali sekali lagi. Ini mengingatkan kita akan siklus dan tahapan kehidupan kita sendiri.

Saat Paskah, umat Kristen memperingati kebangkitan Yesus Kristus. Ini menjadi awal hidup yang baru. Menelusuri sejarahnya, maka tidak heran jika kelinci juga populer di hari raya ini.