Kaitan Legalisasi Ganja dengan Penurunan Penggunaan Obat Resep

By Utomo Priyambodo, Jumat, 22 April 2022 | 09:00 WIB
Hampir setengah orang dewasa di Amerika Serikat yang menderita kanker payudara menggunakan ganja. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian baru menyoroti dampak reformasi pelegalan ganja di tingkat negara-negara bagian Amerika Serikat terhadap penggunaan obat resep. Setelah menganalisis semua resep Medicaid selama periode delapan tahun, para peneliti menemukan bahwa legalisasi ganja rekreasional terkait dengan pengurangan yang signifikan dalam resep untuk pengobatan rasa sakit, depresi, kecemasan, gangguan tidur, psikosis, dan kejang.

Sampai saat ini, 38 negara bagian dan District of Columbia (DC) telah mengesahkan undang-undang ganja medis, sementara konsumsi ganja untuk rekreasi legal di 18 negara bagian dan DC. Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa akses ke ganja medis mungkin terkait dengan tingkat penggunaan opioid resep yang lebih rendah, meskipun masih sedikit yang diketahui tentang pengaruh pelegalan gajah sepenuhnya terhadap penyerapan obat-obat farmasi.

Dalam studi baru yang laorannya terbit di di jurnal Health Economics, para peneliti menjelaskan bahwa "karena RCL [hukum ganja rekreasional] berdampak pada seluruh populasi orang dewasa di suatu negara bagian tidak hanya mereka yang memiliki kartu ganja medis aktif, tampaknya masuk akal bahwa efek RCL pada obat farmasi pemanfaatannya mungkin lebih besar daripada hukum medis."

Untuk menyelidiki hal ini, mereka mengumpulkan data tentang resep Medicaid dari 50 negara bagian untuk setiap kuartal tahun antara 2011 dan 2019. Sebelum periode ini, tidak ada negara bagian AS yang melegalkan penggunaan ganja rekreasional.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa negara-negara bagian yang bergabung dengan apa yang disebut gelombang hijau selama jangka waktu ini mengalami perubahan besar dalam penggunaan obat resep. Rata-rata, legalisasi ganja rekreasional terkait dengan pengurangan 12,2 persen dalam resep Medicaid untuk obat kecemasan, sementara skrip untuk anti-depresan dan obat penghilang rasa sakit masing-masing turun 11,1 persen dan 8 persen.

Resep obat kejang juga berkurang 9,5 persen, dengan penggunaan antipsikotik turun 10,7 persen dan penggunaan obat tidur turun 10,8 persen. Namun, tidak ada perubahan dalam penggunaan obat untuk mual, kelenturan, atau glaukoma yang diamati setelah legalisasi.

"Hasil ini memiliki implikasi penting," tulis para peneliti seperti dikutip dari IFLScience. Mereka menyatakan "pengurangan penggunaan obat yang kami temukan memberikan informasi tentang potensi penghematan biaya untuk program Medicaid negara-negara bagian."

  

Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli

Baca Juga: Apakah Seseorang Bisa Mengalami Overdosis dan Mati Karena Ganja?

Baca Juga: Ekstrak Ganja pada Zaman Kuno Mampu Sembuhkan Penyakit Sihir

Baca Juga: Sebuah Studi Ganja dan Dampaknya pada Memori: Benarkah Buruk?