Dapat dikatakan bahwa unit frumentarii memiliki status moral dan sosial yang tinggi. Dan mereka yang menjadi frumentarii sangat bangga akan status itu. Ini terbukti dari catatan di batu nisan mantan frumentarii.
Sutherland juga mengungkapkan, “Meski jadi orang kepercayaan kaisar, mereka tidak sepenuhnya bebas dari kesalahan.”
Perwira-perwira ini tidak disukai oleh sebagian besar masyarakat Romawi karena salah satu tugas memata-matai orang.
Aktivitas mereka tidak membuat Frumentarii disukai masyarakat umum. Administrator Romawi bisa sewenang-wenang, otoriter, dan korup. Ketika mereka terlibat dalam pemungutan pajak dan mendeteksi subversi, godaan untuk korupsi semakin besar.
Seorang penulis abad ketiga menggambarkan provinsi-provinsi itu sebagai 'diperbudak oleh rasa takut', karena mata-mata ada di mana-mana. Banyak orang Romawi dan orang-orang di provinsi merasa tidak mungkin untuk berpikir atau berbicara dengan bebas karena takut dimata-matai.
“Pengintaian frumentarii menjadi merajalela pada akhir abad ketiga dan perilaku mereka dibandingkan dengan penjarah,” ungkap Michael Ellmer dilansir dari Grey Dynamics. Mereka memasuki desa-desa seolah-olah mengejar penjahat politik, menggeledah rumah, dan kemudian meminta suap dari penduduk setempat.
Karena pelanggaran yang dilakukan oleh polisi rahasia ini, kaisar Diocletian (284-305 M) membubarkan unit tersebut. Ia menggantinya dengan apa yang disebut agentes in rebus (agen umum). Perubahan ini didasarkan pada fakta bahwa mereka direkrut dari warga sipil, bukan militer. Unit itu berisi 200 hingga 1000 orang.
Baca Juga: Delator, Pengumpul Gosip Romawi yang Bertugas Ajukan Pelanggaran
Baca Juga: Misteri Hilangnya Romulus Pendiri Roma: Dibunuh atau Naik ke Surga?
Baca Juga: Penasaran Seperti Apa Santapan Orang Romawi? Kunjungi Museum Ini
Baca Juga: Mengapa Bangsa Romawi Kerap Memiliki Kaisar yang Gila dan Sesat?