Nationalgeographic.co.id - Komunitas pemburu-pengumpul (hunter-gatherer) di Eropa Timur Laut memproduksi ornamen dalam jumlah besar kira-kira 6.000 tahun lalu. Ornamen ini biasanya disebut sebagai slate ring, menariknya benda ini jarang digunakan sebagai cincin utuh.
Ornamen itu sengaja dipecah-pecah. Kemudian, pecahannya digunakan sebagai tanda mata, kemudian diproses menjadi liontin persahabatan. Diduga pecahan-pecahan itu berfungsi sebagai simbol hubungan sosial.
Dilansir dari Live Science, untuk menemukan bahwa ornamen dipecahkan secara sengaja, para peneliti mencocokkan pecahan-pecahan cincin ini. Mereka menganalisis komposisi geokimia, mencari jejak penggunaan, seperti pecahan yang satu lebih halus daripada yang lain, mungkin menunjukkan preferensi pribadi.
Dalam pernyataannya, Marja Ahola, peneliti yang terlibat dalam studi ini mengatakan mungkin mereka memakai ornamen tersebut sebagai simbol dari hubungan yang terjalin. Satu pecahan ditemukan di pemukiman Zaman Batu, sementara pecahan lain yang cocok ditemukan di situs pemakaman terdekat.
“Apa yang kita lihat di sini mungkin merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan antara yang hidup dan yang mati. Ini juga merupakan hubungan material pertama yang jelas antara tempat tinggal tertentu dan situs pemakaman,” jelas Marja Ahola, peneliti postdoctoral di Departemen Arkeologi Budaya, Universitas Helsinki.
“Dengan kata lain, orang-orang yang tinggal di sana kemungkinan besar menguburkan jenazah mereka di situs yang dekat dengan mereka,” tambahnya.
Sejumlah besar pecahan ditemukan di lokasi yang luas dan sentral di Eropa Timur Laut, kemungkinan menunjukkan jaringan pertukaran yang besar, jelas sang ahli. Penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Archaeological Method and Theory dengan judul "Materialising the Social Relationships of Hunter-Gatherers: Archaeological and Geochemical Analyses of 4th Millennium BC ‘Slate Ring Ornaments’ from Finland" pada 12 Maret 2022.
Dalam jurnalnya diungkapkan awalnya para ahli menaruh perhatian pada praktik fragmentasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa memecah belah ornamen menjadi beberapa bagian bukan satu-satunya cara untuk menciptakan koneksi antara manusia, benda, dan tempat.
Sebaliknya, koneksi yang muncul selama proses pembuatan dan penggunaan bahan mentah yang sama mungkin juga penting. Hal ini terlihat pada kasus sepasang pecahan yang kami temukan tidak berasal dari artefak yang sama. Pecahan-pecahan ini berasal dari satu potongan batu yang digunakan sebagai bahan baku untuk beberapa ornamen.
Baca Juga: Dua Artefak Abad Pertengahan dengan Teks Rahasia Ditemukan di Norwegia
Baca Juga: Artefak Megalitik Ditemukan di Maluku Utara, Terkait Pemujaan Leluhur
Baca Juga: Temuan Besi dari 2.000 tahun Silam di Swedia Ubah Pemahaman Sejarah