Sebagian Serangga dan Hewan Rutin Berganti Kulit, Ini Alasannya

By Sysilia Tanhati, Minggu, 1 Mei 2022 | 14:00 WIB
Selain untuk bertumbuh, berganti kulit juga merupakan salah satu cara untuk menghilangkan ektoparasit. (Roshe Photography/Wikipedia)

 Baca Juga: Terkena Penyakit Jamur, Wajah Ular Raja Ini Menjadi Seperti Mumi

 Baca Juga: Gawat! Kupu-kupu dan Lebah Kesulitan Menemukan Bunga Akibat Polusi

 Baca Juga: Bagaimana Laba-laba Bisa Memangsa Ular yang Jauh Lebih Besar?

Meskipun kulit yang dibuang tidak berwarna, Anda masih dapat membedakan spesies ular atau kadal dari pola kulitnya, kata Gibbons.

“Ini seperti salinan hitam-putih,” kata Gibbons. Faktor-faktor lain, seperti ukuran kulit atau jenis sisik, dapat mengungkapkan dari spesies apa ular itu berasal.

Kulit yang sudah terlepas bahkan bisa menunjuk ke lokasi pemilik sebelumnya. Lihatlah ekornya, Gibbons berkata: "Ini menunjuk ke mana ular itu pergi."

Manfaat berganti kulit

Berganti kulit juga dapat menghilangkan ektoparasit dari serangga dan hewan. Ini adalah organisme yang hidup di kulit inangnya. Misalnya, ketika beberapa tokek Australia membuang kulitnya, mereka juga mengeluarkan tungau yang berpotensi berbahaya.

Beberapa kadal dan katak memakan kulit yang terlepas, yang dikenal sebagai dermatophagy. Serangga, seperti kecoak Madagaskar yang mendesis, juga memakan eksoskeleton mereka sebelumnya.

“Ini adalah salah satu cara untuk menyembunyikan keberadaannya,” kata Shufran, “tetapi itu juga merupakan cara untuk menghemat semua energi yang telah dikeluarkan sebelumnya.”

Setelah berganti kulit, dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit hingga beberapa jam untuk mengeraskan kulit barunya. Selama waktu tersebut, serangga dan hewan rentan pada kecelakaan dan pemangsaan. Lobster Amerika betina pindah ke liang jantan, berganti kulit, dan kemudian kawin dengan jantan. Si jantan kemudian menjaga betina yang rentan selama beberapa hari.