Bahkan Dewa pun Bisa Iri, Apollo Menghukum Pemusik karena Bakatnya

By Sysilia Tanhati, Selasa, 3 Mei 2022 | 15:00 WIB
Semua penantang Apollo bernasib buruk. Salah satunya Mirias yang dikuliti hidup-hidup. (Simon Floquet)

Nationalgeographic.co.id—Di antara para Dewa Olimpus, Apollo adalah sosok yang paling kompleks dalam semua aspeknya.

Dalam mitologi Yunani, Apollo diakui sebagai dewa musik dan tarian, kebenaran dan ramalan, seni, penyembuhan dan penyakit, matahari dan cahaya, pengetahuan, puisi, dan panahan.

Populer di antara para dewa, Apollo juga dicintai oleh orang Yunani kuno. Meski sangat sempurna dengan segala kelebihan, bahkan dewa seperti Apollo juga bisa iri akan kemampuan orang lain.

Meski terkenal dalam seni musik, bukan berarti ia tidak memiliki saingan yang menganggap dirinya setara dalam hal ini. “Ada beberapa individu yang menantangnya untuk bersaing dalam kompetisi musik,” tutur A. Sutherland dilansir dari laman Ancient Pages.

Salah satunya adalah Marsias dan yang lainnya adalah Pan. Marsyas adalah seorang satir, makhluk penghuni hutan dan pegunungan. Ia yang telah mengambil seruling, yang dibuang dewi Athena dengan jijik. Setelah disentuh oleh bibir sang dewi, ia menemukan bahwa seruling mengeluarkan suara menawan dengan sendirinya.

Marias adalah pecinta musik yang hebat. Dan dalam hal ini, ia sangat dicintai oleh semua makhluk mirip peri yang tinggal di lembah dan hutan. “Dia begitu mabuk dengan suara seruling dan penemuannya sehingga dia tanpa berpikir menantang Apollo,” ungkap Sutherland. Apollo ditantangnya bersaing dalam sebuah kompetisi musik.

Tantangan itu diterima, dan Musai dipilih sebagai wasit. Diputuskan juga bahwa pesaing yang gagal harus menderita hukuman kejam dikuliti hidup-hidup.

Untuk waktu yang lama, kedudukan keduanya seimbang sehingga tidak bisa ditentukan pemenangnya.

Akhirnya, Apollo memutuskan untuk menaklukkan Marsias dengan menambahkan nada manis dari suaranya yang merdu ke alunan kecapi magisnya.

Berkat itu, ia berhasil memenangkan kompetisi. Namun muncul pertanyaan. Apakah ia mampu memenangkan kompetisi tanpa menggunakan suaranya yang luar biasa itu?

Marsias sangat sedih akan kekalahannya itu. Dia tiba-tiba menyadari bahwa ia harus menjalani hukuman mati yang mengerikan dalam siksaan. Apollo melakukan hukuman yang paling kejam pada Marsias. Dewa itu mengulitinya hidup-hidup dan memaku kulitnya ke pohon pinus.

Sebuah legenda mengatakan bahwa banyak sahabat Marsias menangis, termasuk para satir dan driad. Tidak senang dengan nasib buruknya, mereka mengumpulkan semua air mata dan menciptakan sebuah sungai di Frigia. Sampai sekarang sungai itu masih dikenal dengan nama Marsias.