Seperti Apa Perkembangan Kehidupan Beragama Bangsa Romawi Kuno?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 6 Mei 2022 | 13:00 WIB
Agama adalah tulang punggung bagi banyak kepercayaan terpenting bangsa Romawi. (Henryk Siemiradzki/National Museum Krakow)

Nationalgeographic.co.id—Agama merupakan landasan penting bagi banyak masyarakat, baik kuno maupun modern. Dalam kehidupan bangsa Romawi kuno, agama adalah tulang punggung bagi banyak kepercayaan terpenting mereka.

Tidak hanya memandu bagaimana menjalani hidup, tapi agama memengaruhi arsitektur dan lingkungan hidup mereka.

“Awalnya, bangsa Romawi kuno menganut politeisme,” ungkap Laura Hayward dilansir dari laman The Collector. Ini berarti mereka percaya pada banyak dewa dan roh, masing-masing dengan peran vitalnya sendiri.

Bangsa Romawi kuno mengakui lebih dari satu dewa

Sejak awal, Romawi kuno membentuk sistem kepercayaan politeisme, menyembah banyak dewa dan roh yang berbeda. Mereka bahkan mengira beberapa entitas gaib ini adalah roh nenek moyang mereka sebelumnya.

Orang Romawi juga percaya bahwa para dewa telah membantu memperkuat fondasi Romawi. Karena itu, mereka mendirikan Capitoline Triad untuk merayakan tiga pendiri kota. Ketiga pendiri ini adalah Jupiter, dewa segalanya, bersama dengan Mars, dewa perang dan ayah Romulus dan Remus, dan Quirinus, raja Romawi.

Bangsa Romawi kuno membawa dewa-dewi Yunani kuno Ke dalam agama mereka

“Banyak dewa yang menonjol di Romawi kuno diadaptasi dari mitologi Yunani kuno,” Hayward mengungkapkan. Ini karena ada banyak koloni Yunani di semenanjung bawah Romawi yang gagasannya tersaring ke dalam budaya Romawi.

Faktanya, sebagian besar dewa Romawi memiliki padanannya di budaya Yunani kuno, seringkali dengan nama atau peran yang mirip. Misalnya, Jupiter adalah setara Romawi Zeus, sedangkan Minerva adalah versi Romawi Athena Yunani, dewi perang.

Sama seperti orang Yunani kuno, kota-kota yang berbeda di Romawi kuno mengembangkan dewa pelindung mereka sendiri. Kuil-kuil monolitik yang besar didirikan untuk menghormati dewa-dewa ini. Warga Romawi melihat kuil-kuil ini sebagai rumah dewa dan akan beribadah di luar atau di pintu masuk kuil.

Seiring pertumbuhan Kekaisaran Romawi, orang Romawi memasukkan unsur-unsur sistem kepercayaan negara taklukan mereka ke dalam praktik keagamaan mereka. Secara menyeluruh, praktik keagamaan di Romawi kuno mirip dengan di Yunani kuno.

Selain mengadaptasi dari Yunani kuno, bangsa Romawi kuno juga menciptakan dewa

Ada beberapa dewa yang diciptakan orang Romawi sendiri. Hayward menambahkan, “Ini termasuk Janus, dewa bermuka dua yang merupakan penjaga pintu dan gerbang.” Janus bisa melihat masa lalu dan masa depan pada saat yang bersamaan.

Untaian pemikiran keagamaan lain yang eksklusif untuk Romawi kuno adalah Perawan Vesta, yang tugasnya adalah menjaga perapian Astrium Vesta. Dipilih pada usia sepuluh tahun, gadis-gadis ini tetap melayani dewi Vesta selama 30 tahun.

Di Romawi Kuno, Kaisar adalah pendeta utama dalam agama

Dimulai dengan Kaisar Augustus, para pemimpin Romawi kuno menjadi pontifex maximus atau imam kepala. Kedudukan ini membuat mereka menjadi kepala ibadah agama apa pun. Kaisar Romawi mempekerjakan augures Romawi atau peramal untuk membaca isi perut hewan untuk memprediksi masa depan.

  

Baca Juga: Lima Metode Eksekusi Mati yang Mengerikan Lainnya di Era Romawi Kuno

 Baca Juga: Baluarti Romawi Menjadi Penanda Batas Kuasanya 2.000 Tahun Silam

 Baca Juga: Melihat Kediaman Kaisar Hadrian yang Luasnya Melebihi Kota Pompeii

 Baca Juga: Kisah Pilu Aktris di Zaman Romawi, Sering Diperlakukan sebagai Pelacur

   

Kaisar juga mengorganisir ritual dan pengorbanan kepada para dewa di kuil-kuil keagamaan sebelum berperang. Ritual ini bertujuan untuk menghindari kekalahan dalam berperang.

Kekristenan mengambil alih

Baik Yudaisme dan Kristen akhirnya datang untuk menantang kepercayaan agama di Romawi kuno. Ide-ide Yahudi menjadi ancaman bagi Romawi kuno sehingga orang-orang Yahudi sering menghadapi prasangka dan diskriminasi yang keras. Ini mengarah pada pengusiran dan bahkan perang.

Kaisar Titus memimpin perang Yahudi yang menghancurkan kota Yerusalem dan membunuh ribuan orang.

Kekristenan pada awalnya dilihat sebagai sekte kecil Yudaisme, tetapi tumbuh dan berkembang. Sehingga akhirnya mengambil alih sebagai agama dominan di seluruh Kekaisaran Romawi Timur dan Barat.

Di timur, Kaisar Konstantinus adalah pendukung besar agama Kristen dan bahkan menganut agama Kristen. Dominasi Kekristenan yang meningkat dan menjadi agama yang dominan selama berabad-abad yang akan datang.