Nationalgeographic.co.id - Nesta Helen Webster adalah pengarang berbagai buku antisemit dan sayap kanan dari Inggris pada paruh akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Buku-bukunya cukup provokatif dengan menyalahkan kaum Yahudi sebagai sumber petaka dan guncangan di Eropa, termasuk tentang Revolusi Prancis di abad ke-17.
Dia juga menyalahkan Illuminati dan Freemason. Bahkan, lewat buku berjudul World Revolution: The Plot Against Civilisation, ia menggambarkan hubungan Illuminati, Yahudi, dan Marxisme dalam rencana besar untuk menguasai dunia.
Berbagai kritik sampai dugaan bahwa Webster adalah orang yang delusional, karyanya mendorong pengembangan teori konspirasi.
Lalu, dari manakah asal gagasan Iluminati—yang kini sepertinya ditakuti penganut teori konspirasi?
Barangkali, pemikir Jerman abad ke-18 Adam Weishaupt akan tercengang jika dia tahu gagasannya justru menjadi teori konspirasi global seperti yang dilakukan Webster dan Yahya.
Dia lahir tahun 1748 di Ingolstadt, Bavaria (kini bagian Jerman modern). Dia adalah keturunan Yahudi yang pindah agama ke Kristen, dan masuk sekolah Yesuit. Kemudian, Weishaupt menjadi profesor hukum alam dan hukum kanoik di University of Ingolstadt.
Bavaria saat itu adalah kawasan konservatif Katolik. Setelah membaca berbagai buku-buku filsuf Pencerahan Prancis di perpustakaan pamannya, Weishaupt memandang monarki dan gereja menindas kebebasan berpikir.
Melansir National Geographic, Weishaupt yakin bahwa ide-ide keagamaan tidak lagi menjadi sistem kepercayaan yang memadai untuk mengatur masyarakat modern. Ia memutuskan untuk menemukan bentuk lain dari "pencerahan", ide, dan praktik yang dapat diterapkan untuk mengubah cara negara-negara Eropa dijalankan secara radikal.
Bergabunglah ia dengan Freemasonry yang berkembang di seluruh Eropa. Awalnya, ia bergabung dengan salah satu loji karena menawarkan pemikiran bebas alternatif. Namun, sekian waktu Weishaupt kecewa dengan ide-ide Freemason dan mendirikan perkumpulan rahasianya sendiri berasama teman-temannya.
Ada banyak buku hasil dari buah pemikirannya yang diterbitkan. Pandangannya, lewat Illuminati, menawarkan kebebasan "dari semua prasangka agamis; memupuk nilai-nilai sosial; dan menjiwainya dengan prospek kebahagiaan universal yang besar, layak, dan cepat."
Demi mencapai tujuan itu, perlu ada "keadaan kebebasan dan kesetaraan moral, bebas dari rintangan yang terus-menerus dilontarkan oleh subordinasi, pangkat, dan kekayaan."