Menguak Spiritualitas dan Kepercayaan Lokal Bangsa Afrika Kuno

By Galih Pranata, Minggu, 8 Mei 2022 | 11:00 WIB
Zangbeto, voodoo penjaga perdamaian di bawah kepercayaan agama Yoruba. Zangbeto secara tradisional bertugas sebagai layanan polisi informal untuk menegakkan perdamaian di pedesaan Benin. (Pauli197 /Adobe Stock)

Nationalgeographic.co.id—Agama-agama Pribumi Afrika mengacu pada kepercayaan agama asal atau kepercayaan asli dari orang-orang Afrika sebelum munculnya kolonisasi Kristen dan Islam di Afrika.

"Agama-agama asli Afrika pada dasarnya plural, beragam, dan biasanya diinformasikan oleh identitas etnis seseorang, di mana keluarga seseorang berasal dari Afrika," ungkap Olupona kepada Anthony Chiorazzi.

Chiorazzi merupakan koresponden Harvard yang menulis dari hasil wawancaranya dengan Jacob Olupona pada sebuah artikel berjudul "The spirituality of Africa". Artikelnya dipublikasi The Harvard Gazette pada 6 Oktober 2015.

Jacob Olupona, profesor agama pribumi Afrika di Harvard Divinity School dan profesor studi Afrika dan Afrika-Amerika di Fakultas Seni dan Sains Harvard.

Peran nenek moyang dalam kosmologi Afrika selalu signifikan. Leluhur dapat memberikan nasihat sekaligus memberikan keberuntungan dan kehormatan kepada tanggungan hidup mereka.

Olupona menyatakan, meski kerap memberi kemujuran bagi yang memercayainya, "tetapi mereka juga dapat membuat tuntutan, seperti bersikeras bahwa tempat suci mereka dipelihara dengan baik dan didamaikan."

Sebaliknya, jika tempat pemujaan ini tidak dirawat dengan baik oleh keturunan yang ditunjuk, maka kemalangan dalam bentuk penyakit bisa menimpa penjaganya.

Kepercayaan pada leluhur juga membuktikan sifat inklusif dari spiritualitas tradisional Afrika dengan menyatakan bahwa nenek moyang yang telah meninggal masih berperan dalam kehidupan keturunan mereka yang masih hidup.

Begitupun orang Afrika kuno, memiliki gagasan yang berbeda tentang peran apa yang akan dimainkan nenek moyangnya dalam kehidupan keturunan yang masih hidup.

 Baca Juga: Baron Samedi, Malaikat Maut Penguasa Kematian dalam Agama Voodoo

 Baca Juga: Bukan Ilmu Hitam, Voodoo Adalah Kepercayaan Asal Afrika Barat

 Baca Juga: Rastafarianisme: Gerakan Spiritual dan Kelahirannya di Afrika

"Bahkan, beberapa orang Afrika kuno percaya bahwa leluhur memiliki kekuatan yang sama dengan dewa," imbuhnya.

Garis pemisah antara dewa dan leluhur sering diperdebatkan, tetapi secara keseluruhan, leluhur diyakini menempati tingkat keberadaan yang lebih tinggi daripada manusia yang masih hidup.

Yoruba menggambarkan kepercayaan Afrika kuno kepada vodoo. (Learn Religions/Getty Images)

Ia menegaskan dalam wawancaranya bahwa "para leluhur diyakini dapat memberikan berkah atau penyakit kepada keturunan mereka yang masih hidup."

Beberapa kosmologi Afrika memiliki gagasan yang jelas tentang makhluk tertinggi, dan kosmologi lainnya tidak. Yoruba, bagaimanapun, memiliki konsep makhluk tertinggi, yang disebut Olorun atau Olodumare

Seperti halnya dewa pencipta alam semesta ini, diberdayakan oleh berbagai orisa (dewa) untuk menciptakan bumi dan menjalankan semua fungsi di dalamnya, termasuk menerima doa dan permohonan orang-orang Yoruba.

Praktik penduduk asli Afrika cenderung paling kuat di negara bagian tengah Afrika, tetapi beberapa bentuk praktik dan kepercayaan mereka dapat ditemukan hampir di mana saja di Afrika.

Namun demikian, sejak tahun 1900, orang Kristen di Afrika telah berkembang dari sekitar 7 juta menjadi lebih dari 450 juta saat ini. Islam juga mengalami pertumbuhan pesat yang serupa.

"Keberhasilan Kekristenan dan Islam di benua Afrika dalam 100 tahun terakhir sangat luar biasa, tetapi sayangnya, agama itu telah mengorbankan agama-agama atau kepercayaan asli Afrika," tutupnya.