Nationalgeographic.co.id—Kegembiraan tumbuh di kerumunan saat festival Zangbeto Voodoo mencapai klimaks, dengan sejumlah figur pelepah palem berwarna-warni.
Saat pria dan wanita berbalut pakaian upacara putih mulai bernyanyi dan menari mengikuti suara genderang yang berat, para penganut kepercayaan turut menyiram Zangbeto—boneka berbentuk kerucut—dengan minyak tanah.
Zangbeto bukanlah boneka kerucut biasa, ia menghadirkan kekuatan spiritualitas yang bisa jadi obat jera bagi para penganut kepercayaannya. Utamanya, di negara asal Zangbeto, Benin dan Nigeria.
"Beberapa orang Nigeria yang frustrasi oleh kejahatan dan korupsi, berpendapat bahwa menghidupkan kembali tradisi semacam itu (Zangbeto) bisa menjadi penghalang (kriminalitas atau kejahatan," ungkap Amosu kepada Associated Press.
Sehude Adeyinka Amosu merupakan ketua penyelenggara festival Zangbeto di Nigeria. Ia terlibat dalam sebuah wawancara dengan Associated Press untuk mengisahkan tentang perayaan Zangbeto di Afrika.
Ia menuturkan kisahnya kepada Associated Press dalam sebuah artikel berjudul 'Everyone fears the Zangbeto': Frustrated by crime and corruption, some Nigerians put their faith in voodoo traditions yang dirilis pada 27 September 2018.
Amosu meyakinkan kepada publik bahwa "orang-orang perlu melihat bahwa Zangbeto bukan hanya mainan."
Festival yang dihadiri sekitar 2.000 orang di pesisir Kerajaan Ajido di Negara Bagian Lagos, Nigeria yang diadakan setiap tiga tahun, merupakan salah satu acara terpenting dalam kalender agama setempat.
Pemimpin Kerajaan Ajido, Aholu Saheed Adamson, menggambarkan Zangbeto sebagai simbol otoritas suku Ogu dan "sarana keamanan seluruh masyarakat Nigeria."
Suku Ogu mendiami wilayah pesisir Nigeria, Benin dan Togo. Wilayah Afrika Barat pernah dikenal sebagai Pantai Budak karena banyaknya budak yang diambil dari sana selama berabad-abad.
Di luar perdagangan budak, tanah Ogu juga terkenal dengan voodoo yang dipraktikkan secara luas di sana. Penggunaan Zangbeto dikatakan sudah ada sejak abad ke-17.
Sebut saja satu nama, Seton Idowu, yang sangat percaya pada kekuatan spiritual Zangbeto. Ia menuturkan bahwa "semua orang takut pada Zangbeto dan bisa mendapat masalah jika melanggar aturan."
Baca Juga: Baron Samedi, Malaikat Maut Penguasa Kematian dalam Agama Voodoo
Baca Juga: Bukan Ilmu Hitam, Voodoo Adalah Kepercayaan Asal Afrika Barat
Baca Juga: Dukun dan Klenik dalam Kehidupan Modern Masyarakat di Indonesia
Baca Juga: Dukun: Pentolan Medis yang Kini Dianggap Sekadar Praktik Klenik
Baca Juga: Paroldo, Desa Kecil yang Pernah Menjadi Tempat Tinggal Para Penyihir Baik
Sementara institusi modern seperti kepolisian gagal bekerja untuk menangani kasus kriminal, cara tradisional jadi alternatifnya. Idowu menyatakan bahwa, "banyak orang lebih suka membawa kasus mereka ke Zangbeto daripada kepada polisi."
"Dewa-dewa (dari kepercayaan Zangbeto sekalipun) dipandang mampu memberikan keadilan instan dengan menyerang pelanggar dengan guntur dan kilat," sambung Amosu.
Keyakinan tersebut menyatakan bahwa hukuman Zangbeto dapat berkisar pada denda hingga pengusiran seseorang, atau kesialan yang akan menimpa.
Kepercayaan yang menguat kepada Zangbeto dalam jiwa dan spiritualitas masyarakat, menciptakan ketakutan tersendiri pada kehadiran Zangbeto jika seseorang terbukti bersalah.
"Mereka pasti akan berpikir dua kali sebelum melakukan kejahatan, seperti halnya mencuri dana publik (korupsi)," tutup Idowu kepada Associated Press.