Sejarah Berdarah Koloseum, Arena Hiburan dan Pembantaian Romawi

By Sysilia Tanhati, Senin, 9 Mei 2022 | 15:00 WIB
Bertahan selama ribuan tahun, kini Koloseum jadi ikon warisan Romawi juga simbol pertumpahan darah. ( Photoholgic/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Di sebelah timur Forum Romawi berdiri bangunan besar Koloseum, amfiteater terbesar yang pernah dibangun pada zaman kuno. Berabad-abad yang lalu, puluhan ribu penonton memenuhi tempat untuk untuk menyaksikan hiburan. Hiburan yang dimaksud adalah pembantaian di mana gladiator berjuang sampai mati di arena untuk mendapatkan kemenangan.

“Bagi yang lain, Koloseum bisa menjadi tempat eksekusi,” tutur Kiera Johns dilansir dari laman The Collector. Namun lagi-lagi bagi penonton, hukuman mati para penjahat ini pun jadi hiburan. Melihat fungsinya, tidak heran jika sejarah koloseum dipenuhi darah.

Bertahan selama ribuan tahun, kini Koloseum jadi ikon warisan Romawi juga simbol pertumpahan darah.

Asal-usul Koloseum

Koloseum dibangun di lembah antara Bukit Caelian, Esquiline, dan Palatine di Roma. Pada 64 SM masa kepemimpinan Kaisar Nero, daerah kota ini dirusak oleh kebakaran besar.

Kebakaran ini dijadikan alasan untuk merebut ruang di ibu kota kekaisaran untuk tujuannya sendiri. Nero mengambil tanah itu untuk dijadikan Domus Aurea yang terkenal atau ‘rumah emas’ yang menyatakan kekuasaannya.

Setelah Nero bunuh diri, penerusnya berusaha memulihkan Roma dan menghapus warisan Nero. Ini termasuk Domus Aurea.

Tanah yang diambil alih oleh Nero untuk keperluan pribadi dikembalikan untuk penggunaan umum. Sebuah amfiteater yang luas, tempat hiburan populer dan simbol kebaikan kekaisaran di jantung ibukota adalah pilihan yang tepat.

Kaisar, Koloseum dan politik

Sama seperti kaisar Flavianus, kaisar penerusnya pun memanfaatkan Koloseum untuk mendapatkan keuntungan politik. Para kaisar berinvestasi di arena yang luas, baik dalam permainan atau dalam struktur arena itu sendiri.

Cassius Dio mencatat bahwa pertandingan pertama digagas oleh Kaisar Titus. Sekitar 9.000 hewan liar dibunuh di arena, bersama dengan pertempuran antara pejuang tunggal, kelompok laki-laki, pertempuran laut, dan pacuan kuda.

Kaisar Domitianus menghiasi warisan keluarganya ke ibukota kekaisaran dengan menambahkan tempat duduk tambahan ke tingkat atas arena.

Commodus sendiri mungkin adalah kaisar yang paling erat hubungannya dengan Koloseum, terkenal karena kegemarannya bertarund di arena. Lahir sebagai putra Marcus Aurelius, Commodus merendahkan dirinya dengan berpartisipasi dalam pertarung di arena.

Tidak pernah kalah dalam pertarungan membuatnya sering membual. Padahal, alih-alih menyerangnya, lawannya akan menunduk takut pada kaisar. Commodus terkenal membantai banyak binatang eksotis. Dalam satu pertarungan, dia membawa kepala burung unta yang dipenggal. “Konon itu menjadi isyarat bagi politisi tua bahwa mereka akan jadi yang berikutnya,” tutur Johns.

Gladiator, olahragawan dan selebriti Romawi

Para gladiator di Roma, olahragawan dan selebriti pada zaman mereka, memberikan kehidupan dan anggota tubuh untuk hiburan.

Sebagian besar gladiotor berasal dari kelompok paling bawah dalam kelas sosial. Mereka juga budak atau penjahat yang akan dihukum mati. Beberapa, seperti Spartacus, memberontak melawan nasib mereka, seringkali dengan sia-sia.

Yang yang lainnya akan mencapai ketenaran, ketenaran, dan bahkan kekayaan. Gladiator biasanya menyimpan uang hadiah dan hadiah lainnya, dan keterampilan mereka sangat dihargai. Suetonius bahkan menuduh Kaisar Tiberius menawarkan sejumlah uang agar gladiator mau kembali bertarung.

Gladiator dilatih di sekolah khusus. Yang terbesar di Roma adalah Ludus Magnus, dibangun oleh Domitianus pada akhir abad ke-1 M tepat di sebelah timur Koloseum.

  

Baca Juga: Eksekusi Sadis dan Kematian Mengerikan Tahanan Romawi di Koloseum

 Baca Juga: Seperti Apa Perkembangan Kehidupan Beragama Bangsa Romawi Kuno?

 Baca Juga: Catatan Perjalanan Kuno: Bagaimana Cara Orang Romawi Bepergian?

 Baca Juga: Lima Metode Eksekusi Mati yang Paling Mengerikan di Era Romawi

 Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Konstantinopel Disebut-sebut sebagai 'Roma Baru'

  

Selain pertandingan, Koloseum juga menjadi tempat eksekusi para tahanan. Lagi-lagi, eksekusi juga dipertontonkan bagi warga Romawi.

Mengapa eksekusi dilakukan di depan umum dan ditonton oleh banyak orang? "Ini sebagai peringatan akan konsekuensi dari kejahatan serius," ungkap Mauro Poma dilansir dari laman Ancient Origins.

Alih fungsi yang berlarut-larut

Alih fungsi Koloseum sebagai arena berlangsung lama dan berlarut-larut. Pertama, Honorius melarang pertarungan gladiator pada akhir abad ke-4 Masehi. Namun, struktur tersebut ternyata masih merupakan tempat penting di Roma. Bukti epigrafis yang menunjukkan bahwa Theodosius II dan Valentinian III — yang memerintah pada pertengahan abad ke-5 — memulihkan struktur tersebut.

Venationes, perburuan binatang Romawi, diketahui telah berlangsung setidaknya sampai tahun 523. Anicius Maximus, mendiang senator Romawi, merayakan konsulnya dengan permainan.

Pada abad ke-13, arena telah menjadi kastil, diambil alih oleh keluarga Frangipani dan dibentengi. Kemudian, di zaman para Paus, Koloseum menjadi subyek banyak pertimbangan. Pada akhir abad ke-16 Paus Sixtus V, salah satu pembangun besar Roma, mengajukan rencana untuk mengubah Koloseum menjadi pabrik wol. “Ini untuk memberikan pekerjaan jujur bagi para pelacur,” tambah Johns. Kematiannya mengakhiri proposal dan rencana ini.

Kini, Koloseum dikunjungi oleh jutaan turis dari berbagai negara. Sambil menyusuri lorong, Anda dapat membayangkan sejarah berdarah amfiteater ikonik Romawi.