Nationalgeographic.co.id - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa, ketika terkena sinar matahari, anemon mengubah bahan kimia pada tabir surya menjadi racun.
Para peneliti telah lama mengetahui bahwa oxybenzone, bahan kimia yang ditemukan di tabir surya, berbahaya bagi terumbu karang. Namun bagaimana dan mengapa bahan kimia itu memengaruhi, masih belum diketahui. Sampai sebuah penelitian untuk mengetahui efeknya dilakukan oleh ilmulan dari Universitas Stanford.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa ketika terkena sinar matahari, anemon membuat oxybenzone larut dalam air dikombinasikan dengan gula. Proses ini membuat bahan kimia tersebut akhirnya menjadi racun bagi terumbu karang dan hewan laut. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science.
Terumbu karang hidup bersimbiosis dengan alga. Namun, ketika mengalami suhu tinggi atau stresor lainnya, invertebrata laut mengeluarkan ganggang dan menjadi putih. Proses ini, yang disebut pemutihan karang, membuat terumbu karang rentan terhadap kematian.
Untuk mengetahui bagaimana oxybenzone membahayakan anemon, para peneliti menguji efek bahan kimia dan sinar matahari pada anemon. Mereka membandingkannya dengan anemon dengan oxybenzone, tetapi tidak terpapar sinar matahari.
Dalam lingkungan buatan, peneliti menemukan bahwa semua anemon yang terpapar oxybenzone dan matahari mati dalam 17 hari. Sedangkan yang hanya terpapar oxybenzone bertahan.
“Oxybenzone membuat sinar matahari menjadi racun bagi karang,” kata penulis studi William Mitch.
“Senyawa ini bagus dalam menyerap cahaya di dalam pita gelombang yang kami uji, itulah sebabnya mengapa ini sangat umum di tabir surya.” Saat terkena sinar matahari, anemon memodifikasi oxybenzone di dalam sel mereka dengan menempelkan glukosa padanya. “Ini mengubahnya menjadi racun,” Mitch menambahkan.
“Jalur metabolisme yang dimaksudkan untuk detoksifikasi ini sebenarnya membuat racun,” kata Djordje Vuckovic, seorang insinyur lingkungan Stanford yang merupakan bagian dari tim peneliti. Mereka mengubah tabir surya menjadi sesuatu yang pada dasarnya kebalikan dari tabir surya.
Simbiosis dengan ganggang tampaknya menawarkan perlindungan terhadap proses ini. Anemon tanpa alga bertahan hanya selama seminggu, sedangkan yang memilikinya bertahan lebih dari dua minggu. Ini menunjukkan bahwa ganggang melindungi inang dengan menyerap fototoksin. Jadi, oxybenzone mungkin sangat fototoksik untuk karang yang memutih, memperburuk kerusakan akibat stres global, tulis para penulis.
Karena dampak berbahayanya terhadap terumbu karang, gerakan untuk melarang tabir surya yang mengandung oxybenzone bermunculan di seluruh dunia. Pada tahun 2018, Hawaii menjadi negara bagian pertama yang meloloskan undang-undang yang melarang tabir surya yang mengandung oxybenzone. Di sana, peraturan ini mulai berlaku pada tahun 2021. Yurisdiksi lain di seluruh dunia telah mengikutinya.
Baca Juga: Film yang Membuat Setiap Orang Bisa Selamatkan Terumbu Karang Dunia
Baca Juga: Coral Bleaching, Fenomena Hilangnya Warna Indah Terumbu Karang
Baca Juga: Habitat Terumbu Karang Akan Punah Pada 2100 Akibat Perubahan Iklim
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah menciptakan alternatif yang lebih ramah lingkungan. “Ini termasuk tabir surya yang mengandung senyawa dari alga, rumput laut, dan cyanobacteria,” ungkap Margaret Osborne dilansir dari laman Smithsonian Magazine.
Apakah studi ini cocok dengan apa yang terjadi di ekosistem terumbu karang yang sebenarnya tidak diketahui. Penulis menciptakan skenario ‘paparan kasus terburuk’, daripada skenario yang meniru kondisi lingkungan normal, ungkap Brett Sallach, ilmuwan lingkungan di Universitas York.
Terry Hughes, ahli biologi kelautan di Universitas James Cook, Australia, mengungkapkan bahwa perubahan iklim, polusi, dan penangkapan ikan yang berlebihan lebih mengancam terumbu karang. Ketiga faktor tersebut berkontribusi terhadap hilangnya separuh terumbu karang dunia sejak 1950-an.
“Pemutihan massal terjadi di mana pun turis berada. Bahkan terumbu yang paling terpencil dan paling murni pun memutih karena suhu air membunuh terumbu karang itu,” ungkapnya. “Sungguh ironis bahwa orang-orang mengganti tabir surya mereka dan terbang dari New York ke Miami untuk pergi ke pantai. Sebagian besar turis senang menggunakan merek tabir surya yang berbeda, tetapi tidak mengurangi penerbangan dan mengurangi emisi karbon.”