Efek Biologis dan Psikologis Saat Orang Tua Kehilangan Anaknya

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 4 Juni 2022 | 09:00 WIB
ilustrasi orang dengan depresi. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Kehilangan seorang anak mungkin merupakan trauma terburuk yang bisa dialami manusia. Meski tidak bersifat sangat umum, banyak orang tua di seluruh dunia yang punya pengalaman kehilangan anaknya. Menurut laporan UNICEF, probabilitas kematian anak dan remaja usia 5-24 tahun di dunia tercatat sebesar 18 kematian per 1.000 orang pada 2020.

Kematian seorang anak membawa begitu banyak kesedihan. Oleh karena itu, banyak orang tua begitu takut kehilangan anaknya.

"Kematian seorang anak dianggap sebagai satu-satunya penyebab stres terburuk yang bisa dialami seseorang," kata Deborah Carr, ketua departemen sosiologi di Boston University, seperti dikutip dari Fatherly.

"Para orang tua dan para ayah secara khusus merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan anak. Jadi ketika mereka kehilangan seorang anak, mereka tidak hanya kehilangan orang yang mereka cintai. Mereka juga kehilangan tahun-tahun bersejarah yang telah mereka nantikan."

Meskipun orang tua yang berduka karena kehilangan seorang anak, dalam banyak hal, mengalami respons kesedihan klasik—serangkaian dampak psikologis, biologis, dan sosial yang biasa terjadi—ada banyak tantangan unik. Trauma seringkali lebih intens, kenangan dan harapan lebih sulit untuk dilepaskan. Dengan demikian, proses berkabung lebih lama, dan potensi trauma berulang atau hampir konstan jauh lebih besar.

"Kematian seorang anak membawa serta berbagai tantangan yang berbeda dan berkelanjutan bagi individu dan keluarga. Pertanyaan sehari-hari seperti 'Berapa banyak anak yang Anda miliki?' dapat memicu tekanan yang hebat," kata Fiona MacCullum, seorang profesor di University of Queensland.

"Beberapa orang memang menemukan cara untuk hidup dengan kehilangan. Yang lain berjuang untuk menemukan makna dalam hidup."

Pada tahun 2018, Frank Infurna dan rekan-rekannya memeriksa kesehatan umum dan fungsi fisik dari 461 orang tua yang kehilangan anak selama 13 tahun. "Kami memang melihat beberapa penurunan, diikuti oleh kebangkitan umum, atau pemulihan, dari waktu ke waktu," tutur Infurna, psikolog di Arizona State University

Ia tidak melihat banyak perubahan fungsi fisik yang difokuskan pada kemampuan seseorang untuk menyelesaikan berbagai tugas sehari-hari. Namun ketika dia meninjau laporan dari orang tua yang berduka, seperti apakah mereka merasa sering sakit atau apakah mereka mengharapkan kesehatan mereka membaik atau menurun, dia menemukan persepsi kesehatan yang lebih buruk.

Baca Juga: Psikolog Ungkap Kenapa Jadi Korban Ghosting Sangat Menyakitkan

Baca Juga: Kenapa Serial Squid Game yang Kejam Digandrungi oleh Banyak Orang?

Baca Juga: Mengapa Tidak Ada yang Terkejut Bila Politisi Terlibat Skandal?