Dibuang Sayang, Kegiatan Barter.in Jadi Solusi Limbah Pakaian

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 4 Juni 2022 | 10:00 WIB
Acara Barter.in Vol. 1: Gerakan Saling Bertukar diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Selatan. Acara ini diadakan oleh SayaPilihBumi, gerakan lingkungan yang diinisiasi National Geographic Indonesia, bersama komunitas-komunitas lainnya. (Malik Asher)

Nationalgeographic.co.id - Bagus dan Nisa, dua mahasiswa Universitas Negeri Jakarta sibuk memilih baju bekas yang hendak mereka ambil dari gantungan. Pakaian itu disediakan dalam acara Barter.in Vol. 1: Gerakan Saling Bertukar yang diselenggarakan pada Jumat, 3 Juni 2022. Baju bekas yang mereka pilih akan dibawa pulang oleh mereka setelah dibarter.

Acara itu diadakan di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Selatan, oleh SayaPilihBumi—gerakan lingkungan untuk masyarakat dari National Geographic Indonesia, bersama sederet komunitas.

Sebelumnya, Bagus dan Nisa kurang memahami bahwa baju bekas layak pakai bisa ditukar cuma-cuma. Lewat kegiatan itu, baju bekas mereka dikurasi oleh panitia agar bisa diterima untuk ditukarkan. Setelah itu mereka dan pengunjung lainnya dipersilakan mengambil baju bekas layak pakai yang mereka suka untuk diambil.

"Kalau bajunya sekiranya sudah kekecilan atau enggak layak pakai saya simpan di lemari. Atau misalkan masih layak pakai, saya berikan adik-adik kalau masih muat dan masih cocok," kata Bagus. "Kayaknya, sih, kebanyakan dibuang kalau baju lusuh. Paling nahas itu nasibnya jadi [kain] lap."

Baca Juga: Tak Perlu Beli Baru, Ikuti Gerakan Saling Bertukar oleh SayaPilihBumi

Baca Juga: Saya Pilih Bumi: Laut Bukan Tempat Sampah, Jaga Tetap Lestari

Baca Juga: Upaya Kolaborasi untuk Mencegah Tenggelamnya Kota-kota Pesisir

Ada banyak pakaian yang bisa ditukar yakni atasan (kemeja, blus, outer, dan jaket), bawahan (jin, rok, celana pendek dan panjang), dan terusan (gaun dan jumpsuit). Tidak hanya itu, para pengunjung juga bisa memperbaiki pakaiannya yang rusak di dalam kegiatan ini.

"Kalau saya kepikiran buat di-repair atau didesain ulang. Dan salah satu minusnya, saya enggak bisa reproduct lagi baju bekas atau desain ulang. Jadi susah banget kan," kata Nisa.

Untuk memperbaiki pakaian rusak, pengunjung harus mendaftar lebih awal, dan terbatas untuk 50 pendaftar pertama. Sementara para pengunjung mengikuti barter diharuskan membawa maksimal tiga pakaian untuk ditukar dengan jumlah yang sama.

Bagus dan Nisa tidak sendiri. Meski kegiatan itu diadakan sejak Jumat pagi saat yang lainnya sibuk beraktivitas, para pengunjung kian ramai berdatangan di siang hari. Bahkan, beberapa dari pengunjung terlihat datang kembali untuk membarterkan pakaiannya lagi.

Head of Community and Campaign National Geographic Indonesia Diky Wahyudi Lubis mengatakan, acara ini diselenggarakan karena melihat tren gaya berpakaian jadi sorotan oleh SayaPilihBumi. Pakaian kerap jadi limbah yang terbuang begitu saja sehingga mengotori lingkungan.