Berawal dari Pertukaran Sederhana, Jalur Sutra Mengubah Dunia

By Sysilia Tanhati, Rabu, 8 Juni 2022 | 08:00 WIB
Dinasti Han melihat keuntungan dari perdagangan ke barat, terutama prospek mendapatkan kuda Fergana yang unggul. (Wikipedia)

Setelah bangkit di abad ketujuh, rute tersebut kembali dikuasai Tiongkok. Permintaan akan barang-barang mewah pun mengalir dari barat. Ini termasuk teknik pembuatan perak, kursi, dan keramik.

   

Baca Juga: Pagebluk Pes Mematikan Menginfeksi Jalur Sutra Antara 1346-1352

Baca Juga: Temuan Rangka Kucing Bukti Peliharaan Kaum Pengelana di Jalur Sutra

Baca Juga: Mengapa Sepanjang Jalur Sutra Bisa Menyebarkan Pagebluk Antarbenua?

Baca Juga: Makam Dinasti Han Penuh Giok Ditemukan di Jalur Sutra Tiongkok

Baca Juga: Merapah Rempah: Mengungkap Narasi Asal-Usul Kesejatian Indonesia

    

Untuk melindungi perdagangan ini, Dinasti Tang memulai ekspansi besar-besaran ke barat. Pada saat yang sama, Islam bangkit di Jazirah Arab. Selama abad kedelapan, Islam menyebar semakin jauh ke timur di sepanjang jalur perdagangan.

Pada tahun 751 Masehi, pasukan Abassid Muslim bentrok dengan Tiongkok di Pertempuran Talas. Pertempuran ini tidak hanya menghambat ekspansi Tiongkok ke barat, tetapi berkontribusi pada faktor penting lain.

Beberapa tahanan Tiongkok dari Pertempuran Talas mengajari para penculik mereka sebuah keahlian. Keahlian ini pun disebarkan melalui tanah Muslim ke Eropa selatan.

Apa yang diajarkan oleh para tahanan itu? “Itu tidak lain adalah seni membuat kertas,” ungkap Pérez. Keahlian ini mengubah sejarah dan bagaimana sejarah itu dituliskan, yaitu pada selembar kertas.