Namun, tingkat bakteri usus yang meningkatkan kesehatan ini menurun lagi selama empat minggu berikutnya. "Mungkin empat minggu pengobatan tidak cukup lama dan dibutuhkan waktu lebih lama untuk menstabilkan komposisi baru flora usus," jelas Anna-Chiara Schaub, salah satu penulis utama studi tersebut dalam rilisnya.
Efek menarik lainnya dari mengonsumsi probiotik terlihat dalam kaitannya dengan aktivitas otak saat melihat wajah netral atau ketakutan. Para peneliti menyelidiki efek ini menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI).
Baca Juga: Dokter Menyarankan Pasien untuk Menghabiskan Waktu di Alam Terbuka
Baca Juga: Tiga Cara Bagaimana Stres Bisa Berdampak Mengerikan pada Kesehatan
Baca Juga: Studi Baru: Kaitan Polusi Udara Dengan Gejala Depresi Pada Remaja
Pada pasien dengan depresi, daerah otak tertentu untuk pemrosesan emosional berperilaku berbeda dari pada individu dengan kesehatan mental yang baik. Setelah empat minggu probiotik, aktivitas otak ini menjadi normal pada kelompok probiotik tetapi tidak pada kelompok plasebo.
"Meskipun sumbu mikrobioma-usus-otak telah menjadi subjek penelitian selama beberapa tahun, mekanisme yang tepat belum sepenuhnya diklarifikasi," kata Schaub.
Menurutnya, ini adalah alasan lain mengapa para peneliti percaya bahwa penting untuk menggunakan berbagai bakteri dalam bentuk probiotik, seperti formulasi yang sudah tersedia di pasaran. Meskipun peneliti menegaskan bahwa probiotik tidak cocok sebagai pengobatan tunggal untuk depresi.
"Dengan pengetahuan tambahan tentang efek spesifik bakteri tertentu, dimungkinkan untuk mengoptimalkan pemilihan bakteri dan menggunakan campuran terbaik untuk mendukung pengobatan depresi," kata peneliti.