Aurelianus, Kaisar Penyelamat Romawi yang Dilupakan oleh Sejarah

By Sysilia Tanhati, Kamis, 16 Juni 2022 | 12:06 WIB
Meskipun pemerintahannya hanya berlangsung selama lima tahun (270-275), Kaisar Aurelianusus melakukan beberapa hal yang luar biasa. (Giovanni Battista Tiepolo/Museo del Prado)

Nationalgeographic.co.id—Meskipun pemerintahannya hanya berlangsung selama lima tahun (270-275), Kaisar Aurelianus melakukan beberapa hal yang luar biasa. Dia menstabilkan perbatasan Danube, mengalahkan orang-orang barbar yang mengancam Kekaisaran. Aurelianus mengepung Roma dengan benteng besar yang berdiri sampai hari ini. Yang paling penting, sang Kaisar memulihkan kesatuan Kekaisaran Romawi. Ia mengalahkan dan menggabungkan negara-negara yang memisahkan diri di timur dan barat.

Meski dianggap sebagai penyelamat Romawi, Aurelianus dilupakan oleh sejarah.

Prajurit tangguh dan seorang reformis

Selain menjadi prajurit yang tangguh dalam pertempuran, Aurelianus juga seorang reformis. Ia melakukan reformasi moneter untuk mengembalikan kepercayaan rakyat pada mata uang kekaisaran.

Seperti kebanyakan penguasa abad ketiga, Aurelianus memulai karirnya sebagai tentara profesional. “Abad ketiga adalah periode yang kacau bagi Kekaisaran Romawi,” ungkap Vedran Bileta dilansir dari laman The Collector. Hanya seorang kaisar-prajurit yang dapat mencegah keruntuhan kekaisaran.

Lahir di tahun sekitar tahun 214, dekat Sirmium, Aurelianus bergabung dengan tentara pada usia dini. Pilihan karier inilah yang menentukan jalan hidup dan pemerintahannya.

Perawakannya yang tinggi, kekuatan fisik, kesederhanaan, dan disiplin tinggi membuatnya mendapatkan julukan ‘manu ad ferrum’ yang artinya pedang di tangan. Aurelianus muda adalah seorang pejuang alami yang dapat dengan cepat naik pangkat. Menarik perhatian, ia pun dipilih sebagai komandan kavaleri elit Kaisar Gallienus.

Setelah kematian Kaisar Claudius, Aurelianus ditunjuk oleh para tentara untuk menjadi kaisar selanjutnya. Saat itu, ia menjadi tokoh yang paling dihormati dan ditakuti di kekaisaran.

Mempertahankan kekaisaran

Konon harapan hidup kaisar Romawi biasanya pendek. Jika tidak terbunuh di medan perang, kaisar bisa dibunuh di kampnya sendiri. Namun lain halnya dengan Aurelianus. Ia memiliki semua kriteria yang dibutuhkan kekaisaran. “Seorang prajurit profesional, komandan yang cakap, dan kaisar yang baik. Ia tahu bagaimana mengubah Romawi yang kacau jadi teratur,” tambah Bileta.

Di awal pemerintahannya, ia berurusan dengan pelanggar batas wilayah. Bahkan suku barbar yang menyeberangi sungai Po saat itu berhasil mengalahkan legion kekaisaran.

Ini pun membuat warga Romawi panik. Biasanya, kaisar Romawi akan menyerah dan bahkan kehilangan nyawa.

Sebagai komandan pertempuran yang keras, Aurelianus mengeksploitasi fragmentasi kekuatan barbar dan mengalahkan musuh. Di saat yang sama, terjadi kerusuhan di Roma yang dipimpin oleh para pekerja yang tidak puas. Tanggapan Aurelianus brutal dan pesannya jelas. Ribuan orang terbunuh, sementara para pemimpin kelompok, termasuk beberapa senator, dihukum mati.

Sang Pemulih Dunia

Perbatasan Danubia dipulihkan dan Romawi memiliki tembok baru untuk melindungi dari serangan suku Barbar. Tugas selanjutnya adalah mengakhiri kantong ketidakstabilan terakhir yang mengancam keberadaan kekaisaran.

Satu dekade sebelum Aurelianus mengambil alih kekuasaan, Kekaisaran Romawi terpecah menjadi beberapa wilayah yang terpisah secara politik. Selain kaisar yang sah di Roma, ada Kekaisaran Galia yang independen di Barat. Sementara di Timur, Ratu Zenobia memerintah Kerajaan Palmyra.

Palmyra adalah wilayah kuat yang memperoleh kekayaannya dari karavan perdagangan yang bergerak di sepanjang Jalur Sutra. Pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi, Palmyra memisahkan diri dari Romawi pada tahun 260.

Ratu Zenobia dari Palmyra. (Herbert Gustave Schmalz )

Sebagai kekuatan regional, Palmyra tetap bersahabat dengan Romawi. Tetapi ketika Ratu Zenobia naik takhta pada tahun 267, segalanya berubah. Memanfaatkan kekacauan di Kekaisaran Romawi, Zenobia mampu menguasai seluruh timur Romawi, termasuk Mesir. Zenobia sekarang memiliki kendali atas provinsi Romawi terkaya dan sumber makanan kekaisaran.

Tentaranya kuat dan terlatih, sebagian terdiri dari legiun Suriah dan Mesir, yang sebelumnya setia kepada Roma. Jika dibiarkan, Palmyra akan jadi kerajaan yang kuat dan mengancam keberadaan Romawi. “Legiun Romawi akhirnya berhasil mengepung Palmyra dan menawan Zenobia pada tahun 273,” imbuh Bileta.

Aurelianus merayakan kemenangannya dengan parade spektakuler di Roma. Kerumunan yang memenuhi jalan bisa melihat Zenobia dan Tetricus yang dirantai emas. Menurut Historia Augusta, ada begitu banyak piala dan gerobak sehingga prosesi mencapai Capitol di malam hari. Mengendarai kereta mewah, Aurelianus disambut oleh Senat. Sang Kaisar diberi gelar Restitutor Orbis, Pemulih Dunia.

Gelar itu memang pantas diberikan padanya karena Aurelianus mencapai hal yang mustahil. Dalam waktu kurang dari lima tahun, ia menstabilkan perbatasan Roma dan menyatukan kembali kekaisaran di ambang kehancuran.

Pembaharu Romawi

Akhirnya, Aurelianus bisa memerintah kerajaannya alih-alih bertempur di medan perang. Emas yang disita saat perang memberikan peluang untuk reformasi ekonomi yang penting.

Yang pertama adalah reformasi pangan. Aurelianus bertekad untuk menghindari kerusuhan perkotaan yang menodai awal pemerintahannya. Cara terbaik untuk melakukannya adalah membuat orang-orang bahagia. Ia meningkatkan jumlah makanan gratis yang dibagikan kepada orang-orang Romawi. Roti, daging babi, garam, dan minyak masuk dalam ransum gratis untuk masyarakat.

Untuk merevitalisasi industri pembuatan anggur dan memastikan bahwa tanah terlantar digunakan, kadang anggur gratis pun dibagikan.

Kaisar juga mencoba mengembalikan kepercayaan pada sistem moneter kekaisaran. Koin perak Romawi direndahkan secara besar-besaran selama abad ketiga. Untuk melawan inflasi yang merajalela, Aurelianus bertujuan untuk mencetak koin dengan jaminan perak hingga 5%.

Tembok Aurelianus yang melindungi Roma dari serangan suku-suku Barbar. (Wikipedia)

Kaisar Aurelianus adalah penguasa Roma yang tak terbantahkan. Ia adalah komandan yang dicintai oleh pasukannya serta kaisar yang dipuja oleh rakyatnya. Bahkan para elit, yang menjadi target kenaikan pajak, tidak dapat menyangkal peran Aurelianus dalam menyatukan kembali kekaisaran. Zaman keemasan baru menunggu Romawi di masa depan.

Akhir yang tak terduga

Tampaknya Aurelianus menjadi korban dari karakter yang ‘sulit’. Ia terkenal karena menghukum pejabat dan tentara yang korup tanpa ampun. Sekretaris pribadi kaisar memalsukan daftar yang berisi nama-nama komandan senior yang diduga akan ‘dibersihkan’ oleh kaisar.

Takut kehilangan nyawa, petugas memutuskan untuk bertindak duluan dan membunuh Aurelianus. Ketika menyadari kesalahan karena membunuh kaisar, semua sudah terlambat. Pelakunya dihukum, Aurelianus didewakan.

Jasa Aurelius yang terlupakan

Satu dekade setelah Aurelianus meninggal, kekaisaran yang sudah disatukannya dengan upaya keras pun menjadi kacau. Misi Aurelianus dilanjutkan oleh Diokletianus pada tahun 284, yang menyelesaikan konsolidasi Kekaisaran Romawi. Ironisnya, Diocletianus-lah yang kemudian dikenal oleh sejarah sebagai kaisar agung. Sementara ingatan akan jasa Aurelianus pun perlahan memudar.

   

Baca Juga: Vila Kaisar Romawi Hadrian, Cerminan Penguasa yang Berbudaya

Baca Juga: Abaikan Kebijakan, Tentara Romawi Gagal Jaga Perbatasan dari Suku Goth

Baca Juga: Tidak Semua Orang Romawi Bersedia Menjadi Kaisar, Apa Sebabnya?

Baca Juga: Mengapa Bangsa Romawi Kerap Memiliki Kaisar yang Gila dan Sesat?

     

Selain oleh kalangan akademisi, jasa Aurelianus tidak banyak diketahui. Tetapi ‘kaisar yang tak terkalahkan’ meninggalkan warisan yang tidak dapat dengan mudah dihapus. Serangan militer tak kenal lelah memperpanjang umur Kekaisaran Romawi. Ini memungkinkan Diokletianus dan Konstantinus meletakkan dasar bagi kelangsungan hidup kekaisaran di timur atau Kekaisaran Bizantium.

Penerus Aurelianus melanjutkan pekerjaannya, mengelilingi kantor kekaisaran dengan kemegahan dan upacara, mengubah penguasa menjadi otokrat.

Tembok monumental Roma, dibangun di bawah Aurelianus, memainkan peran penting dalam sejarahnya. Tembok ini melindungi kota abadi dari gelombang penjajah yang tak terhitung jumlahnya. Kini, tembok Aurelianus menjadi saksi bisu sejarah kaisar hebat yang namanya dilupakan oleh sejarah.