Meski Tidak Dilarang Hukum Romawi, Inses Dianggap Tabu dan Barbar

By Sysilia Tanhati, Jumat, 17 Juni 2022 | 07:00 WIB
Inses dipandang sebagai tabu sosial yang utama oleh orang Romawi. (Lawrence Alma-Tadema)

Baca Juga: Bagaimana Orang Romawi Mengartikan Kemunculan Komet dan Meteor?

Baca Juga: Aurelianus, Kaisar Penyelamat Romawi yang Dilupakan oleh Sejarah

Baca Juga: Penelitian Ungkap Bagaimana Aktivitas Orang Romawi Cemari Atmosfer

Baca Juga: Bangsa Romawi Percaya Cermin Pecah Bisa Membawa Petaka, Apa Alasannya?

     

Fakta ini dimanfaatkan oleh bangsa Romawi untuk menunjukkan bahwa Mesir merupakan bangsa biadab, terbelakang dan rendah. Penyair Lucan, misalnya, menggambarkan bagaimana Cleopatra datang untuk mengendalikan saudara laki-lakinya melalui seks.

Dengan cara ini, orang Romawi menggunakan inses untuk menaikkan ‘derajat’ mereka dari saingannya.

Tuduhan inses merusak reputasi orang

“Tidak hanya pada orang asing, tuduhan inses juga dapat dilontarkan pada orang sebangsa,” Forbes menambahkan. Banyak 'kaisar jahat' Romawi menghadapi fitnah inses. Kaisar Caligula, misalnya, dituduh memiliki perasaan yang penuh gairah terhadap saudara perempuannya Drusilla. Sementara Kaisar Nero dikabarkan menyentuh mayat ibunya sendiri secara tidak pantas.

Fakta atau rumor belaka, anekdot-anekdot ini menyiratkan bahwa inses dipandang sebagai tabu sosial yang utama saat itu.

Pengacara abad ke-1 Sebelum Masehi, Marcus Tullius Cicero, pun menggunakan inses untuk menyerang lawannya. Cicero membela Caelius muda dari tuduhan pembunuhan yang diajukan jaksa, di antaranya adalah Clodius Pulcher.

Tidak hanya membela kliennya, Cicero pun menyerang karakter Clodius dan Clodia, adiknya. Salah satu cercaan terbaiknya menyiratkan bahwa dua saudara kandung terlibat dalam inses. Ini karena orator secara tidak sengaja mencampuradukkan kata 'suami' dan 'saudara' ketika mendiskusikan hubungan mereka.

Meski diperbolehkan hukum Romawi, ditulis dalam puisi dan drama, inses menjadi kontroversi dalam kehidupan nyata.