Kurangi Emisi Karbon Dunia, Bagaimana Generasi Muda Indonesia Dapat Berkontribusi?

By Yussy Maulia, Kamis, 16 Juni 2022 | 18:19 WIB
Ilustrasi mobil listrik, salah satu inovasi untuk mengurangi emisi karbon dunia. (Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id - Netralitas karbon merupakan target nasional yang harus diwujudkan oleh semua pihak untuk mengurangi dampak perubahan iklim bagi kehidupan masyarakat saat kini serta generasi yang akan datang. Seluruh elemen masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam upaya mewujudkan netralitas karbon.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (RI) Siti Nurbaya, dalam Indonesia Green Summit 2021, menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi dari lima sektor, yaitu energi, limbah, industri, pertanian, dan kehutanan. Selain itu, Indonesia berkomitmen dalam meningkatkan ketahanan iklim melalui ketahanan ekonomi, sosial, sumber penghidupan, serta ekosistem. 

Sektor industri, khususnya transportasi, diharapkan dapat mengambil peran penting untuk berkontribusi mewujudkan cita-cita Indonesia mengurangi jejak karbon. Tujuannya, untuk mencapai ketahanan iklim jangka panjang sekaligus mewujudkan konsep pembangunan ekonomi hijau (green economy development).

Semangat peningkatan ekonomi di tengah kondisi pemulihan pascapandemi dapat dihadirkan pula melalui upaya elektrifikasi kendaraan. Pemerintah pun menaruh harapan besar agar Indonesia dapat memanfaatkan kendaraan listrik untuk membantu upaya pencegahan perubahan iklim global dan peningkatan suhu dengan cepat.

Baca Juga: Menjaga Keanekaragaman dan Kebutuhan Lewat Nilai Konservasi Tinggi

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan bahwa penggunaan kendaraan elektrik dapat menjadi salah satu upaya untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.

Berbagai upaya pun dilakukan untuk mempersiapkan ekosistem kendaraan elektrik dari hulu ke hilir. Mulai dari regulasi yang sesuai, ketersediaan infrastruktur produksi dan rantai pasok, kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan tenaga ahli di bidang elektrifikasi, hingga kesadaran masyarakat. Semua upaya ini menjadi fokus pemerintah untuk menghadapi era elektrifikasi.

Karena emisi karbon merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama, netralitas karbon pun hanya dapat dicapai jika seluruh pihak diberikan kesempatan untuk berkontribusi, termasuk konsumen di sektor transportasi. Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi praktis serta berkelanjutan bagi konsumen. 

Pelaku industri otomotif pun menggabungkan berbagai pilihan dan teknologi yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan konsumen. Sejumlah teknologi itu termasuk flexy-engine yang menggunakan biofuel atau etanol, hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), full cell electric vehicle (FCEV), dan low cost green car (LCGC). 

Baca Juga: Kilas Balik Listrik di Indonesia Hingga Perjuangan Nasionalisasinya

Meski demikian, solusi praktis dan berkelanjutan tersebut diharapkan tidak menimbulkan gangguan atau disrupsi bagi industri otomotif nasional.

Sebagai informasi, transisi menuju era elektrifikasi berpotensi menyebabkan disrupsi pada ribuan perusahaan komponen kendaraan konvensional yang memiliki jutaan tenaga kerja, termasuk supplier komponen lokal.