Baca Juga: Bakteri Penyebab Black Death Sudah Menyerang Manusia 5.000 Tahun Lalu
Baca Juga: Biarawan Zaman Kuno Minum Bir Tiap Hari, Ternyata Ini Khasiatnya
Baca Juga: Kerangka Manusia Korban Wabah Penyakit Tertua di Dunia Ditemukan
Untuk penelitian ini, para peneliti melakukan analisis rinci dari salah satu individu, Giovani d'Avalos. Seorang bangsawan Neapolitan dari periode Renaisans. Dia berusia 48 tahun ketika dia meninggal pada tahun 1586, dan diperkirakan menderita radang kronis pada kantong empedu karena batu empedu.
"Ketika kami memeriksa sisa-sisa ini, tidak ada bukti yang mengatakan bahwa pria ini menderita E. coli. Tidak seperti infeksi seperti cacar, tidak ada indikator fisiologis. Tidak ada yang tahu apa itu," jelas penulis utama studi tersebut, George Long.
Long adalah seorang mahasiswa pascasarjana bioinformatika di McMaster yang melakukan analisis bersama penulis utama Jennifer Klunk, mantan mahasiswa pascasarjana di university's Department of Anthropology.
Prestasi teknologi sangat luar biasa karena E. coli kompleks dan ada di mana-mana. E. coli tidak hanya hidup di tanah tetapi juga di mikrobioma kita sendiri.
Para peneliti harus dengan cermat mengisolasi fragmen bakteri target, yang telah terdegradasi oleh pencemaran lingkungan dari banyak sumber. Mereka menggunakan bahan yang dipulihkan untuk merekonstruksi genom.
"Sangat menggugah untuk dapat mengidentifikasi E. coli purba ini dan menemukan bahwa meskipun unik, ia termasuk dalam karakteristik garis keturunan filogenetik dari komensal manusia yang saat ini masih menyebabkan batu empedu," kata Erick Denamur, pemimpin tim Prancis yang terlibat dalam penelitian.
"Kami mampu mengidentifikasi apa itu patogen oportunistik, menggali fungsi genom, dan memberikan panduan untuk membantu peneliti yang mungkin mengeksplorasi patogen tersembunyi lainnya," kata Long.