Tragedi Wounded Knee: Pembantaian Suku Indian di Tanah Leluhurnya

By Galih Pranata, Sabtu, 2 Juli 2022 | 09:00 WIB
Litograf pertempuran Wounded Knee yang berakhir tragis bagi orang Lakota, Suku Indian yang terbantai di tanah leluhurnya sendiri. (ullstein bild/Getty Images)

 Baca Juga: Budaya Pamer Potlatch, Rela Bakar Rumah demi Suatu Pengakuan

Pemerintah akhirnya mengeluarkan larangan tarian itu dan mengerahkan pasukan bersenjata Angkatan Darat AS menuju Dakota, permukiman orang Lakota. Di tepi Wounded Knee, kavaleri bersenjata mengangkat moncong senjatanya.

Melihat tindakan Angkatan Darat yang mengepung permukiman Lakota, seorang dukun Lakota malah menggencarkan Ghost Dance untuk membendung penyerbuan kolonis kulit putih.

"Jangan takut, tapi kuatkan hatimu! Banyak tentara di sekitar kita dan memiliki banyak peluru, tetapi saya yakin peluru mereka tidak dapat menembus kita," ujar dukun tersebut.

Pembantaian orang Lakota di Wounded Knee. (ullstein bild/Getty Images)

Saat seorang tentara berusaha merebut senjata dari tangan seorang Lakota, sebuah tembakan tiba-tiba terdengar.

Tidak jelas pihak mana yang menembak lebih dulu, tetapi dalam hitungan detik tentara Amerika meluncurkan badai peluru dari senapan, revolver, dan senjata cepat Hotchkiss yang merobek Lakota.

Anak laki-laki yang hanya beberapa saat sebelumnya bermain lompatan katak ikut ditembak dengan kejamnya. Melalui kepulan debu dan asap, para wanita dan anak-anak terjun untuk berlindung di bawah jurang.

"Ketika penembakan berhenti beberapa jam kemudian, mayat-mayat berserakan di jurang. Beberapa bernapas, sebagian besar tidak. Korban yang diburu saat mencoba melarikan diri ditemukan tiga mil jauhnya," pungkasnya.

Sedikitnya 150 orang Lakota (sejarawan seperti Sprague menyebutkan angkanya dua kali lebih tinggi, 300 orang) tewas bersama dengan 25 tentara Amerika.