Ia meletakkan dasar untuk Mouseion, kuil para renungan, yang jadi pusat pembelajaran. Kuil ini menyatukan para cendekiawan dan ilmuwan terkemuka. Tidak jauh dari tempat itu, berdiri sebuah bangunan megah yang tersohor: Perpustakaan Agung Alexandria.
Baca Juga: Lima Tokoh Besar dalam Sejarah yang Jenazahnya Tidak Pernah Ditemukan
Baca Juga: Temuan Baru Patung Alexander Agung Ungkap Sejarah Kuno Kota Alexandria
Baca Juga: Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Hilangnya Perpustakaan Alexandria?
Perpustakaan Agung Alexandria menjadi gudang pengetahuan terbesar di dunia kuno. Dari Euclid dan Archimedes, hingga Hero, para cendekiawan dan ilmuwan terkenal menyisir buku-buku. Koleksi tersebut ditulis dalam bahasa Yunani atau ditranskripsi dari bahasa lain. Para penguasa secara pribadi terlibat dalam mendukung perpustakaan dan memperbesar koleksinya yang mengesankan. Agen kerajaan menjelajahi Mediterania untuk mencari buku sementara otoritas pelabuhan memeriksa setiap kapal yang tiba. “Mereka mengambil semua buku yang ditemukan di kapal,” tulis Bileta.
Persimpangan dunia
Karena lokasinya yang menguntungkan, Alexandria segera jadi tempat peleburan berbagai budaya dan agama. Pelabuhan-pelabuhan besar kota dan pasar-pasar yang ramai berubah menjadi tempat pertemuan bagi para pedagang.
Dengan gelombang besar imigran, populasi kota pun meledak. Pada abad ke-2 Sebelum Masehi, Alexandria ad Aegyptum tumbuh menjadi kota metropolis kosmopolitan. Menurut sumber, lebih dari 300.000 orang menyebut kota Aleksander ini sebagai rumah mereka.
Ketika tiba di Alexandria lewat jalur laut, mercusuar megah yang menjulang jadi pemandangan pertama yang terlihat.
Dibangun oleh Sostratus, seorang arsitek Yunani terkenal, Pharos dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Itu adalah simbol kebesaran Alexandria, suar besar yang menyoroti pentingnya dan kekayaan kota.
Begitu menginjak Pelabuhan, kemegahan istana akan membuat calon penduduk terpesona.